Siapa yang tak mengenal gugusan pulau yang ada di Kepulauan Derawan. Sangalaki, Kakaban dan Maratua tentu semua pernah mendengar nama itu. Sudah lama saya dan istri sangat ingin mengunjunginya, tetapi apalah daya kesempatan tak selalu datang. Akhirnya kesempatan itu tiba, impian yang hanya ada dalam lamunan segera mendapat restu untuk dilaksanakan. Ya tepatnya honey moon kedua untuk kami.
Kenikmanatan bawah laut yang
ditawarkan, membuat saya begitu berhasrat untuk kesana. Kumpulan ikan-ikan,
terumbu karang menyatu membentuk warna-warni nan indah sebagai maha karya sang
pencipta. Tak mau kulalai kesempatan indah ini.
Perjalanan saya mulai dari
Bontang tepat jam 4 subuh menuju Balikpapan. Suhu yang dingin selama perjalanan
membuat tubuh rasanya ingin tetap diselimut. Jalan panjang nan berliku membuat
mabuk perjalanan tidak dapat dihindari. Selama perjalanan kucoba selalu
memejamkan mata agar waktu berlalu dengan cepat. Tepat pukul 10.45 kami akhirnya sampai di Balikpapan.
Perjalanan yang jauh, membuat
perut menjadi keroncongan. Restauran Kenari menjadi tempat yang asyik untuk
memanjakan perut sejenak. Kepiting ukuran raksasa yang sudah dipotong-potong
dengan capitnya, membuat selera semakin memuncak untuk melahap. Kepiting
Balikpapan sudah terkenal dimana-mana, bahkan saya melihat, ada pelanggan restoran
yang memesan dan langsung di packing mungkin untuk oleh-oleh untuk keluarga.
Selesai makan kami langsung
menuju bandara Sepinggan. Pukul 12.20 pesawat take off, hanya 45 menit akhirnya
tiba di Bandara Karimarau Berau. Bandara ini baru dalam tahap pembangunan.
Bangunan bandara yang indah, saya jadi teringat bandara Makassar, desainnya
hampir mirip. Bandara yang baru ini
belum difungsikan, jadi kami turun di bandara lama yang berjarak 1 km.
Jangan harap sudah sampai ternyata
belum, perjalanan dilanjutkan lagi dari bandara ke Tanjung Batu. Daerah Tanjung
batu, adalah tempat yang terdekat menuju Pulau Derawan. Perjalanan Bandara
Kamimarau ke Tanjung Batu membutuhkan waktu 2,5 jam. Jalan yang berlubang
hampir ditemui sepanjang jalan. Menurut warga setempat, jalan yang rusak akibat
aktifitas tambang batu bara.
Setiba di Tanjung batu kami
disambut dengan suasana kampung nelayan. Dermaga Tanjung batu cukup bagus,
jalan aspal dan beton sepanjang kurang lebih 500 meter. Dari tanjung batu kita
sudah dapat melihat pulau derawan, tetapi sangat kecil.. Menuju ke sana terdapat
speed boat reguler bertarif Rp. 50.000/orang. Jika ingin mencarter speed boat
kapasitas 20 orang seharga Rp. 1.000.000. Tidak butuh lama jika kesana, hanya
butuh waktu 25 menit saja.
Home stay dan hotel cukup banyak
tersedia, baik itu rumah penduduk maupun sejenis resort bertarif murah. Jika
ingin merasakan resort yang berkelas juga tersedia. Selain turis lokal, turis
asing banyak berseliweran di kampung, rata-rata turis dari Eropa.
Suasana kampung nelayan sangat
terasa. Rumah-rumah penduduk masih banyak yang berarsitektur tempo dulu, dengan
asap sirap ulin dan diding papan. Saya sempat mengunjungi makam kuno, susunan
batunya masih menggunakan batu karang. Berlumut dan nisan kayu yang sudah
sangat usang, membuat kuburan ini tak bisa menutupi usianya.
Penyu di Pulau Derawan |
Jangan kwatir dengan oleh-oleh, cukup banyak
masyarakat yang menjual cideramata. Mulai dari gelang, cincing, kaos, topi dan
makanan khas. Aksesoris kebanyakan terbuat dari Penyu Sisik. Saya tidak tau
apakah penyu jenis ini juga dilarang untuk dibunuh, tetapi cinderamata jenis
ini adalah khas Pulau Derawan. Yang
membuat saya agak kaget ketika disini ada kerang Kima yang dikeringkan dan
dijual. Harga perkilonya sangat mahal, Rp. 150.000, menurut penjual kerang Kima
sudah sulit didapat.
Di Pulau Derawan saya sangat
beruntung, 3 hari menginap tiap pagi dan sore dapat melihat Penyu. Ukurannya sangat
besar, mungkin sudah puluhan tahun usianya. Sering muncul pada pagi hari dan
sore hari. Ada 2 sampai 3 ekor yang berenang di depan resort yang kami inapi.
Sangalaki surga penyu
Di hari kedua kami melanjutkan
petualangan menuju Pulau Sangalaki. Perjalanan kurang lebih 20 menit
menggunakan speed boat. Air laut cukup tenang pagi ini, sehingga membuat
perjalanan menjadi nyaman.
Pulau dengan luas 280 ha ini tak berpenghuni.
Di Sangalaki terdapat resort sebagai tempat untuk beristrihat. Menurut saya, untuk
honey moon sangat cocok disini. Suasana yang tenang, pasir putih dan langit biru
menambah kesan romantis. Kenapa saya bilang sangat nyaman, karena tidak signal
sehingga bagi yang ingin “menghilang” sebaiknya kesini.
Kawasan ini merupakan daerah
konservasi untuk penyu. Hampir setiap hari ada saja Penyu yang bertelur di
pulau ini. Setiba kami di Sangalaki, ada bekas penyu yang semalam selesai
bertelur. Jejaknya jelas sekali, karena daerah ini kawasan konservasi maka
untuk menggali dan mengambil telur penyu jelas tidak boleh dilakukan. Selain
tempat wisata, daerah ini juga sebagai tempat penangkaran penyu. Telur penyu
yang menetas akan dilepas ke laut. Dahulu di Kepulauan Derawan sangat banyak
diperjual belikan telur penyu. Bahkan distribusi telur sampai ke Samarinda dan
dijajakan di pinggir jalan.
Atraksi yang cukup diminati di
Pulau ini jika malam tiba, pengunjung dapat melihat secara langsung Penyu yang
bertelur. Pengalaman ini tentu sangat berkesan sekali. Sayangnya saya tidak
dapat merasakannya, karena waktu berkunjung yang sangat sempit. Kami hanya
dapat melihat dan memegang tukik yang akan dilepaskan.
Jadi jika ke Kepulauan Derawan
jangan lupa singgah ditempat ini. Mungkin sebaiknya menginap jika ingin melihat
penyu bertelur secara langsung. Sungguh pengalaman yang berkesan bukan.
Kakaban Negeri Avatar
Dermaga Pulau Kakaban |
Saya harus mengatakan “Subhanallah (Maha Suci llah)” ketika
tiba didemaga Pulau Kakaban. Karang yang angkuh menjulang tinggi dipinggir
pulau, serta air laut yang begitu jernih. Sungguh sangat indah, mungkin inilah
sepotong surga yang Allah SWT berikan di tanah air kita. Air laut yang biru dan
jernih, sehingga karang dan ikan-ikan dapat kita lihat langsung dari atas
perahu.
Jarak pulau Kakaban dan
Sangalaki, tidak jauh hanya 25 menit menggunakan speed boat. Kami bertemu
beberapa turis asing yang juga asyik menikmati Pulau Kakaban. Segera saja
kamera mengabadikan lukisan alam yang begitu elok. Saya selalu bilang kepada
teman-teman yang ikut rombongan bahwa ini memang “Tadabbur alam.”
Terumbu Karang di Pulau Kakaban |
Pulau ini terkenal sekali dengan danau air asinnya. Kemasyurannya sudah terdengat bahkan sampai belahan eropa dan amerika. Dalam poster yang saya baca di hotel, sebaiknya jika berkunjung ke Pulau Kakaban berenang terlebih dahulu ke danau air asin lalu ke laut. Ditakutkan apabila dari laut dahulu, ada benda asing yang ikut masuk ke danau air asin. Ini berakibat dapat menjadi pesaing bagi ubur-ubur.
Pulau ini memang karang, ya
terbuat dari karang. Tebing dan tempat tumbuhnya tanaman disela-sela karang,
sungguh ajaib. Jika pernah menonton film Avatar karya , mungkin sedikit
memberikan gambaran tentang pulau ini. Sungguh indah, benar-benar indah.
Dari dermaga menuju danau air
asin, tidak jauh kurang lebih 400 meter. Danau yang berada ditengah pulau, sehingga pulau ini berbentuk cincin. Jalan
ke danau melewati boar walk ulin yang kokoh dan rapi. Untuk masuk ke danau anda
harus membayar tiket masuk sebesar Rp.10.000.
Pemandangan di Pulau Kakaban |
Pemandangan Hutan Mangrove di Pulau Kakaban |
Ubur-ubur di Pulau Kakaban |
Tanaman yang tumbuh diantara batu
karang membuat saya takjub. Jika di pulau Sangalaki menghampar luas pasir
putih, di kakaban karang yang keras mendominasi pulau. Ya pulau ini memang
karang yang seperti tumbuh, sungguh sangat menakjubkan.
Dipinggir danau air asin jajaran
hutan mangrove begitu rapi berbaris, hijau dan rimbun membuat lukisan alam yang
terbentang tak bisa menyembunyikan keindahannya. Ada beberapa jenis yang saya
dapat kenali dari tumbuhan mangrove, Rhizhopora
dan Brugueira, jenis yang sama di
Bontang.
Ada ribuan bahkan jutaan ubur-ubur yang ada di
danau ini. Ada 4 jenis ubur ubur yang menghuni pulau ini selama ribuan tahun. Ada
teori mengatakan bahwa ubur-ubur dahulunya berbisa, karena terperangkap selama
ribuan tahun bisanya menjadi hilang.
Snorkling di Danau Air Asin Pulau Kakaban |
Saya dan istri tidak mau
melewatkan kesempatan ini, langsung saja “nyebur” dengan snorkel. Istri tidak
dapat berenang, jadi harus menggunakan pelampung agar tidak tenggelam. Ubur-ubur
cantik berenang diantara kami. Ratusan mungkin ribuan yang ada disekitar. Ubur-ubur
yang berwarna cokelat transparan begitu asyiknya berenang tanpa memperhatikan
keberadaan kami. Memegang ubur ubur menjadi atraksi yang menarik, seperti menyentuh
puding agar-agar. Sungguh petualangan yang tidak dapat kami lupakan.
Selepas menikmati danau air asin,
segera saja kami menuju dermaga untuk menikmati terumbu karang bawah laut. Saya
lagi harus mengatakan “Subhanallah”
lagi ketika melihat keindahan bawah laut Kakaban. Jenis soft coral dan Hard Coral
begitu indah. Mungkin tempat yang paling indah saya lihat secara langsung di
dunia ini. Ikan-ikan menari nari diantara karang yang berwarna warni. Karang
beraneka ragam bentuk dan jenis membuat yang memandang akan terpesona. Ya inilah
negeri Avatar.
Tak terasa sudah satu jam kami
berenang ria diantara karang. Suasana hening saat berenang membuat kami betah. Rasanya
tak ingin beranjak dari menimati ciptaan tuhan ini. Air laut yang kadang hangat
dan kadang dingin membuat saya penasaran. Mengapa bisa demikian ? mungkinkah ini
yang dikatakan dalam Al-quran bahwa air lautpun punya dinding pemisah. Wallahua’lam.
Kakaban memang sebuah misteri
yang sangat mempesona dibalik semua misterinya.
Pesona maratua
Saya tidak dapat bercerita banyak
tentang pulau ini. Kami hanya 1 jam
berada di Maratua. Jadwal diawal kami tidak mengunjungi Pulau Maratua, karena
desakan teman-teman jadilah kami kesini. Saya hanya berkesempatan melihat pantai
maratua dan berenang sejenak.
Walaupun begitu singkat tetapi kenangan
begitu mendalam. Pasir putihnya begitu halus, sampai saat ini saya tak pernah
memegang pasir selembut ini, bersih dan begitu putih. Barisan pohon kelapa
berdiri menjulang ke langit, berjajar rapi. Seolah mengatakan bangga hidup di
pulau ini.
Di Maratua hanya sempat berenang
dan mengambil foto seadanya. Saya harus kembali ke Pulau ini, menurut teman
yang pernah kesana. Pulau ini patut dijelajahi dengan segala keunikannya, mulai
dari keindahan alam sampai pada budaya masyarakat yang ada di pulau ini.
Ya saya harus kembali ke pulau ini, semoga Allah SWT memberikan umur dan rejeki untuk dapat menikmati keagungaNYA yang begitu tak terlukis dengan tinta walaupun seisi bumi.
Sangalaki, Kakaban dan Maratau,
Insyallah saya akan kembali.... aminnn..
Tarif berwisata ke Pulau Derawan, Sangalaki, Kakaban dan Maratua.
Permintaan terkait informasi
tarif selama perjalanan dari teman-teman yang ingin berkunjung. Membuat saya mensurvei
harga bagi yang sangat ingin kesana.
tarif perDesember 2012
tarif perDesember 2012
No
|
Item
|
Harga
|
Durasi
|
Keterangan
|
1
|
Balikpapan – Berau via
Pesawat
|
Rp.700.000/org s/d Rp.800.000/org
|
40 menit
|
Tarif normal
|
2
|
Tanjung Selor –
Tanjung Batu via avanza/xenia
|
Rp. 350.000/trip
|
2 jam –
2,5 jam
|
Jalan berliku dan
berlubang
|
3
|
Tanjung batu – Pulau Derawan via Speed
Boat
|
Rp. 50.000/trip
|
25 menit
|
Reguler (menunggu
penumpang penuh)
|
Rp. 250.000/trip
|
Carter, Kapasitas 3-5
orang
|
|||
Rp. 1.000.000/trip
|
Carter, Kapasitas
15 orang
|
|||
4
|
Penginapan di
Maratua
|
Rp. 150.000 – Rp.
300.000
|
Tergantung kamar
dan fasilitasnya
|
|
5
|
Tarif berkeliling Kakaban,
Sangalaki dan Maratua via Speed Boat
|
Rp. 2.000.000 – Rp.2.500.000
|
1 hari
|
Carter, kapasitas
3-5 orang
|
6
|
Tiket masuk Pulau
Kakaban
|
Rp. 10.000/orang
|
Sekali kunjungan
|
|
7
|
Sewa Snorkling
|
Rp. 50.000/unit
|
1 hari
|
|
8
|
Makan
|
Rp. 25.000 – Rp.30.000
|
1 kali
makan
|
Ada banyak warung
di Pulau Derawan
|
9
|
Cinderamata
|
Rp. 5.000 keatas
|