Tuesday 30 April 2013

Cuci Tangan Karena Cacingan


Kebiasaan mencuci tangan memang selalu kita dengar. Dengan mencuci tangan dengan sabun bakteri dan kuman akan mati sehingga kita aman untuk makan. Kebiasaan cuci tangan bukanlah hal yang tabu untuk dilakukan. Faktor pengetahuan adalah salah satu penghambatnya.

Kuman yang tak terlihat ditangan menyebabkan orang enggan untuk mencuci tangan. Terlebih lagi repot mencari air dan sabun ketika harus menjamah makanan. Dalam program PNPM Peduli, Desember 2012 lalu. Dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh anggota kelompok yang berasal dari Tekasalo. Didapati hasil yang cukup mengejutkan. Hasil Laboraturium Kota Bontang mendapatkan 80 % anggota kelompok memilki penyakit cacingan. Menurut Ibu Laksmi selaku dokter di Puskesmas Bontang Baru yang memeriksa, diduga anggota kelompok tidak melakukan PHBS, seperti mencuci tangan dan memakai sandal.

Menjadi cerita menarik ketika fasilitator ke kampung. Anggota kelompok yang merasa mempunyai penyakit cacingan menjadi minder. Salah satu anggota Ibu Jadabia mengatakan “Bapak mungkin tidak mau makan produk kami, kami kan cacingan.” Tetapi fasilitator lapangan menjelaskan bahwa penyakit cacingan mudah disembuhkan dan ibu-ibu harus menjalankan PHBS salah satunya mencuci tangan.

Perubahan perlahan sudah mulai terlihat. Misalnya ketika salah satu anggota kelompok bernama Suburia bersama anggota kelompok lainnya bertandang ke Bontang untuk menemui fasilitator. Tepat siang hari, sehingga makan siang bersama. Suburia lalu mengatakan “Ayo ibu-ibu cuci tangan dulu sebelum makan, biar kita nanti tidak cacingan.” Ungkapan yang mengejutkan dan menggembirakan didengar oleh fasilitator.

Ternyata kesadaran akan PHBS mulai tumbuh diantara anggota kelompok. Budaya sehat yang awalnya dari rasa malu akan penyakit cacingan, dapat memberi perubahan bagi masyarakat. (NIA)

Wednesday 17 April 2013

Jejak yang tertinggal di Bali

Bocah Bali #awangfoto

Tepat seminggu sebelum kecelakaan Pesawat Lion Air kami pulang dari Bali. Saya dan Istri juga mengendarai Pesawat Lion Air ketika ke Bali, tetapi transit dahulu di Surabaya dan melanjutkan dengan pesawat Wings Air yang ukurannya lebih kecil untuk sampai di Bandara Ngurah Rai. 

Perjalanan kali ini bisa dibilang bulan madu, sedikit jalan-jalan dan liburan. Wisata ke pulau bali rasanya hampir diinginkan semua orang. Nuansa alam yang dinamis dengan budaya membuat pengalaman berbeda. Sayapun demikian, kunjungan kali kedua membuat rasa takjub akan budaya dan alamnya tak habis-habis.

Seperti kita ketahui bersama bali memiliki mayoritas penganut hindu. Sehingga segala gerak dan nafasnya mencerminkan budaya hindu. Mulai dari ritual sembahnyang yang dilakukan sehari-hari. Sampai ritual-ritual keagamaan yang besar sangat kental terasa.

Hampir setiap rumah selalu saja ada sajen. Didepan rumah, kendaraan, pohon dan lainnya. Sajen berisi panganan kecil, bunga-bungaan dan dupa yang mengepul. Aroma membisikkan nuansa magis pulau dewata.

Kami bertolak dari Balikpapan. Terlebih dahulu transit di Surabaya lalu dilanjutkan menggunakan pesawat berukuran lebih kecil ke Denpasar. Bandara Ngurah Rai saat ini sedang dalam proses pembangunan. Nuansa modern terlihat sekali, atap yang terbuat dari kerangka-kerangka baja berbetnuk lengkungan. Saya liat seperti gulungan ombak. Kabarnya pengerjaan bandara dikebut karena di Bali akan dilangsungkan helatan akbar, yaitu pemilihan Mis Universe.

Mengamati arsitektur bali yang begitu kental dengan nuansa hindu. Saya jadi teringat beberapa patung peninggalan kerjaan kutai yang mirip sekali dengan patung yang berada di Bali. Seperti kita ketahui sejak masih di bangku sekolah dasar bahwa kerajaan hindu pertama di Nusantara adalah Kerajaan Kutai. Yang berdiri sejak abad ke 4 masehi.

Yang menarik dikerjaan Kutai, masih terdapat peninggalan hindu sampai sekarang. Walaupun kerajaan ini telah berganti dengan kerajaan islam berbentuk kesultanan. Jika dilihat lebih seksama nuansa hindu ini masih tetap dipertahankan sampai sekarang.

Makan Malam di Jimbaran
Akulturasi budaya dan agama memang tidak dapat dipisahkan dari keislaman di Indonesia. Ini tentu menambah ke khasan ke Islaman nusantara.

Kunjungan kami tepat pada saat peringatan hari kuningan. Sehingga pura-pura dipenuhi sesak umat hindu yang beribadah. Sajen membumbung. Janur menghias ditiap altar. Kepulan dupa mengangkasa. Alunan doa mengiring asap yang membumbung.

Di Bali saya sempat mengunjungi beberapa tempat bersama istri. Saya akan menuliskan pengalaman terkait tempat yang saya kunjungi.

Tari Kecak di Uluwatu

Adegan Hanoman dalam Tari Kecak
Didaerah Pura Uluwatu yang dianggap sebagai tempat yang sakral bagi umat hindu. Terletak di sebelah selatan pulau bali. Lokasinya berada tepat dipinggir tebing, memukau setiap mata yang memandang. Kita dapat melihat laut Hindia dari bibir tebing.

Pertunjukan tari kecak dimulai ketika matahari mulai tenggelam. Sehingga langit jingga begitu indah menghias pertunjukan. Penonton begitu antusias menunggu pertunjukan. Semua tempat duduk terisi penuh. bahkan sampai membawa kursi tambahan.

Tari kecak mengangkat tema kisah Rama dan Shinta. Tari yang menceritakan Shinta diculik oleh Rahwana dengan tipu muslihat. Dengan bantuan hanoman akhirnya Rama dapat mengambil kembali Shinta dari tangan Rahwana.

Seni pertunjukan memang dipertontokan. Musik yang diiringi dengan bunyi-bunyian dari mulut para penari kecak menambah kemistikan tarian ini.  

Pertunjukan yang paling menarik ketika Hanoman berada dalam bara api. Sebelumnya terlihat seorang lelaki tua membacakan mantra agar pemeran hanoman tidak kepanasan ketika dalam bara api.

Pertunjukan yang sungguh menarik untuk disaksikan. Tiket menyaksikan pertunjukan sebesar Rp. 70.000,-. Ketika berkunjung ke Bali jangan lupa menyaksikan pertunjukan ini.


 Sunrice di Kuta

Sunrice Kuta

Pantai Kuta sudah begitu dikenal keindahan pantainya. Pasir putih membentang puluhan kilometer. Ombak yang menghempas pantai tiada henti. Siapapun menarik untuk menikmatinya. Entah itu hanya sekedar duduk ataupun berenang.


Tempat kami menginap berada tepat di Pantai Kuta. Kesempatan ini tak saya lewatkan dengan menunggu mentari muncul diufuk timur. Jingga memerah memantul dilautan luas. Warnanya begitu mempesona. Matahari buat layaknya kuning telur, memancar.

Tak lupa kuabadikan dalam bidikan kamera. Beberapa pasangan juga kulihat sudah menunggunya di gazebo yang ada ditepi pantai. Yang membuat bertambah indah, pemandangan gunung disebelah matahari terbit telihat jelas diantara kabut. Goresan gunung seolah lukisan maha karya abadi.

Pasir, laut dan sinaran pagi adalah penyemangat menyambut hari dan berpetualang menyusuri Bali.


Mongkey Forest

Hutan Monyet di Bali
Saya tidak tau persis apakah monkey forest yang berada di Ubud ini adalah lokasi syuting video klip Judika atau tidak. Karena diadegan video tersebut ada seting lokasi monkey forest.

Tempatnya sejuk sekali, ribuan monyet menyebar diantara dahan pohon. Banyak juga yang asyik bermain diantara bebatuan jalan. Rimbunan pohon tua hampir menutupi celah cahaya matahari.

Udara yang lembab membuat tempat ini patut dikunjungi jika siang hari. Jika ingin memberi makan monyet dapat membeli makanan disamping loket tiket masuk.

Agar selalu waspada dengan barang bawaan karena bisa saja monyet tertarik akan bentuk dan warnanya.


Berbelanja di Krisna & Joger

Rasanya tak lengkap jika tak membawa oleh-oleh jika pergi berlibur. Dua tempat yang saya kunjungi kemaren adalah pusat oleh-oleh Krisna & Joger. Dua tempat ini saya lihat adalah tempat favorit orang membeli buah tangan.

Krisna ada dibeberapa tempat (saya tidak tau persisnya), disini segala macam cinderamata ada dijual. Mulai dari gelang, baju, makanan khas, lukisan sampe daster juga ada. Kemaren saya dan istri malah membeli gerabah Teh Poci buatan Gunung Slamet yang asli (hehehe). Untuk harga lumayan terjangkau. Kata sopir yang membawa kami kesini, harganya bersaing dengan Pasar Sukowati.

warna-warni kain Bali
Pada kunjungan pertama ke Bali saya berbelanja di Pasar Sukowati. Saya sedikit memaksa supir untuk mengajak saya kembali kesana. Setiba didepan pasar ternyata pasar tutup. Saya baru ingat jika hari ini tepat peringatan Hari Kuningan. Menurut supir kami, pasar sukowati sekarang sudah sepi karena kalah dengan pusat oleh-oleh seperti Krisna. Miris juga mendengarnya, pengalaman sewaktu berbelanja di Sukowati dulu memang pedagang sedikit memaksa jika menjual barang. Mungkin inilah membuat para wisatawan tidak nyaman berbelanja. Selain itu suhu udara yang cukup panas, tetapi di Sukowati yang membuat saya rindu ada transaksi tawar menawar.

 Tak sreg jika tak berkunjung ke Joger bukan. Joger begitu terkenal ditelinga turis domestik. Seolah tak lengkap jika tak membeli kaos joger. Pabrik kata-kata adalah moto Joger. Toko joger yang saya kunjungi berada disekitaran Kuta.

Pengunjungnya bejibun jumlahnya. Toko joger sangat kecil menurut saya, sehingga didalam seperti ikan asin yang bertumpuk-tumpuk. Orang seperti kerasukan memilih baju. Antrian kasir selalu panjang, membuat saya tak betah berlama-lama di dalam Joger. Saran saya buat joger buatlah yang lebih besar biar nyaman belanjanya.

Jadi sebelum masuk joger, siap-siaplah dengan kondisinya, agar nanti tidak menggerutu ketika didalam.. hehehehe...

masih banyak tempat yang rasanya belum disinggahi... next time i will be come...