#Bontang Manfrove Park
Belasan pasang bola mata tertuju ke sorotan infokus malam ini. Potret rencana Saleba Camp Site yang ada di Taman Nasional Kutai. Melihat gambar khayalan yang terlihat apik. Tampak hijau dimana-mana. Bangunan yang tak lebih dari 6 buah tertata rapi. Area parkiran yang cukup luas. Kanal berbentuk seperti danau membiru ditengah dominasi hijau pepohonan. Puluhan tenda rapi berjejer melengkung. Sungguh luar biasa tempat itu, jika seperti gambar ini. itulah mimpi untuk Bontang Mangrove Park. Itulah gambaran yang diberikan Tim Rakata sebagai Konsultan Wisata Berkelanjutan.
“Ayo
sudah ini harus bisa dibuat, ihhhhhhh.” Ungkap Hermin. Semangat membuncah kala
melihat sketsa Bontang Mangrove Park. Gambar yang bercerita tentang cita-cita
membangun ekowisata. Ya, wisata berbasis lingkungan. Sudah banyak kita dengar
bukan, wisata lingkungan yang dibalut dengan keasrian alam. Serta tak mengindahkan aspek-aspek konservasi,
masyarakat, ekonomi dan budaya.
Beberapa
tahun ini mimpi dikepala dipelihara
dan bicarakan.
Serta dilakukan
selangkah demi selangkah. Mimpi besar dengan tenaga terbatas, tentu harus
dilakukan dengan langkah kecil. Ayunan yang mungkin tidak berarti, tetapi sudah
melangkah tentu tak sia-sia.
Para
pejuang lingkungan, yang tergabung dalam naungan Balai TN. Kutai tak hentinya
mengobarkan semangat. Api yang membara bagi terciptanya wisata yang
dibanggakan. Sebagai tempat belajar dan menggugah kesadaran.
Mengingat
Taman Nasional Kutai, yang terbesit di kepala tentu Orangutan. Padahal dengan
luasan yang hampir 200.000 ha TN Kutai menyimpan banyak kekayaan yang tak
terkira. “Harta” yang patut digali, diketahui, dicintai dan dijaga. Salah
satunya, gugusan Mangrove yang membentang dari utara ke selatan. Menghubungkan
Kota Bontang dan Sangatta.
Mangrove
tentu bukan hanya dilihat sebagai kumpulan pohon ditepi pantai. Tetapi ia adalah tempat dimana jutaan flora
dan fauna saling ketergantungan. Satu dengan yang lainnya berhubung dalam
ikatan ekologi, membentuk suatu kesatuan yang utuh. Bukan terpisah-pisah, tak
ada gunanya Rhizhopora berdiri
sendiri, tanpa Avicenia ataupun Sonneratia. Atau lainnya. Itulah yang
merangkai keindahan dan misteri di gugusan mangrove.
Keelokan
mangrove, itulah pemikat. Kelestarian dan ancaman sebagai bumbu kisah ditengah
tekanan zaman. Berbagai langkah sudah dilakukan, sadar ataupun tidak. Para pihak seperti karyawan, polisi, pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum terlibat
dalam satu langkah melestarikan mangrove di TN. Kutai, khususnya di Saleba.
Mengingat
beberapa tahun lalu. Ketika bibit bakau yang ditanam di Saleba secara paksa
dicabut. Tak tau siapa yang menariknya dari tanah. Menuduhpun tak ada bukti,
kecurigaan menyelidik kemana-mana.
Kisah
yang menarik untuk saya, ketika mendengar bibit mangrove yang ditanam beberapa
hari tidak ada yang dicabut. Ternyata kepolisian yang baru selesai melakukan
aksi menanam dan dipagari dengan garis polisi. Lucu dan ajaib. Hanya dengan
garis yang terbuat dari plastik berwarna kuning
bertuliskan dilarang melintas. Ternyata trik ampuh menangkal hilangnya bibit.
Sejak
itu, promosi keberadaan mangrove di Saleba mulai dilakukan secara rutin.
Mengundang lebih banyak lagi orang terlibat. Dalam beberapa bulan terakhir
lokasi tersebut dijadikan tempat berkemah dan berkegiatan.
Kini
mimpi itu sudah dilukiskan dilayar monitor. Cita-cita terbentuknya kawasan wisata
mangore bagi semua masyarakat. Bukan dari segi komersialnya, tetapi menggugah
kesadaran dan kecintaan tentunya. Melihat desainnya, yang begitu indah. Dengan
area boardwalk, camping ground, parkir, kanal-kanal, aula, kedai/restoran,
toilet serta segala pendukungnya dibutuhkan puluhan miliyar. Angka fantastis di
uang lembaran. Nominal yang rasanya tak mungkin bisa dikumpulkan.
Harapannya
Bontang Mangrove Park ini akan memberikan “rasa” yang berbeda di TN. Kutai.
Juga sebagai tempat edukasi, rekreasi dan wisata di Kota Bontang. Tak lupa,
masyarakat disekitar haruslah mendapat manfaat langsung, agar semua merasa
memiliki.
Tapi
ingat, tak ada langkah seribu tanpa langkah pertama. Takkan tercapai cita-cita
tanpa bermimpi. Ayunan satu orang tentu akan menjadi besar jika ada seribu
orang mengayun langkah bersama. Ayo
berjalan atau berlari bersama bagi alam yang dititipkan anak cucu untuk kita
jaga.