Tuesday 30 December 2014

Saya Lulus Seleksi CPNS



“Jika Allah ingin mengubah nasib hambanya,
Maka Dia akan menggerakkan dunia demi hamba yang dicintaNYA”


Saya lulus seleksi CPNS sayang, begitu lirihku kepada istriku. Pukul 4 pagi saya buka pengumuman melalui situs online BKD dengan perasaan cemas bercampur aduk. Alhamdulillah jalan ini yang dipilih yang Maha Kasih untuk membantu hamba memelihara keluarga kecilku.

Tak ada mimpi menjadi Pegawai Negeri Sipil dalam cita-cita saya. Lulus SMK jurusan Kimia Industri tahun 2003, sedangkan melanjutkan kuliah tahun 2009. Jadilah lulus kuliah tahun 2013. Tak ada cita-cita maupun mimpi karena untuk dapat mendaftar CPNS haruslah kampus yang memiliki minimal akreditasi  B. Sedangkan saya hanya berkuliah yang statusnya masih C. Jadi pastilah tidak mungkin menjadi PNS, mendaftar saja sudah pasti gugur diberkas.'

Tetapi semua ada jalannya, hampir dua tahun pasca meninggalkan bekerja di NGO, hidup saya hampir miris. Menjadi guru swasta pilihan waktu keluar, sementara diawal mengajar saya hanya diberikan 6 jam mengajar. Berlalunya waktu sebuah sekolah lagi menawarkan menjadi guru dengan jumlah pelajaran yang lebih banyak. Yaitu 18 jam. Tetapi karena honor mengajar tidak begitu besar, membuat saya kerepotan juga. Tetapi tetap bersabar pastinya.

Ya.. doa, hanya itu yang saya andalkan dalam merubah nasib saya. Hampir satu tahun lebih. Saya mulai mendipsipkan diri dalam ibadah. Mencoba sholat tepat waktu dan berjamaah. Sulit awalnya, tapi jika sudah bisa pasti akan mudah. Ditambah lagi ibadah Sholat Tahajud dan sholat Duha. Dalam 2 bulan terakhir juga saya bergabung  grup One Day One Juz (ODOJ).

Yang saya ingat, sebuah ayat dalam Al Quran jadikan Sholat dan sabar sebagai penolongmu. Dalam ayat itu hanya dikatakan begitu, tidak usah berpikir keluar dari masalah. Cukup itu saja dan sisanya serahkanlah dalam Sholat dan Sabarmu. Begitu yang selalu saya yakini.. Tetapi cobaan menghadapi itu bukanlah seringan mengatakannya.

Sebelum kelahiran anak ke 2, saya tidak lagi mengajar. Sebuah surat putih berbungkus rapi, bertulis “Terima Kasih telah bergabung blabla.... dan semoga sukses dikemudian hari.” Habislah sudah, cobaan apalagi ini. Sejatinya hanya istri saja yang bekerja, itulah yang membuat beban psikologis bagi saya. Alhamdulillah, Allah menganugrahkan Istri yang begitu Sholehah, yang dengan kesabarannya kami dapat melalui cobaan yang maha berat ini.

Hampir 5 tahun, saya menikah rasanya saya belum satupun membahagiakan istri saya. Hampir tidak pernah. Beberapa kali juga saya melamar pekerjaan, yang kira-kira mendapat gaji lumayan tinggi tetapi tidak pernah ada panggilan.

Hanya Sholat dan Sabar saja yang bisa saya lakukan. Kadang teman menanyakan “Kerja apa sekarang ? saya hanya menjawab “Nungguin Azan aja.”

Saya memang mendengar akan ada penerimaan CPNS tahun 2014 di Kota Bontang. Penerimaan besar-besaran hampir disemua lini kementrian dan pemerintah daerah. Saya tidak menaruh banyak harapan karena lagi-lagi terkendala akreditasi yang tidak memenuhi persayaratan.

Pengumuman pendaftaran CPNS Kota Bontang terbilang agak lambat, karena  pemerintah daerah lainnya. Tetapi disinilah keuntungannya, penerimaan CPNS tahun 2014 menggunakan NIK yang didaftarkan dahulu ke Badan Kepegawaian Nasional (BKN) melalui sistem online. Sehingga satu NIK hanya bisa mendaftar di satu formasi baik kementrian maupun pemerintah daerah. Jika dahulu pelamar dapat mendaftar diberbagai formasi selama waktunya tidak berbenturan, kali ini sungguh sangat berbeda.

Setelah membaca seksama persayaratan CPNS. Rasa gembira sedikitnya saya rasakan, karena Akreditasi C bisa mendaftar. Saya dengar infomasi, ini untuk mengakomodir kondisi universitas didaerah yang masih ber-akreditasi C. Sehingga putra-purta daerah memiliki kesempatan untuk bersaing dalam penerimaan CPNS.

Yang membuat saya bertambah haru, ternyata dijurusan saya ada 12 formasi. 6 formasi sudah diplotkan khusus kepada Satpol PP dan Dinas Perhubungan. Sementara 6 sisanya diperebutkan melalui jalur umum.
Setelah semua persyaratan terpenuhi yaitu mendaftar melalui situs online BKD serta menyiapkan persiapan lainnya, seperti foto copy KTP yang dilegalisir, foto copy ijasah legalisir, transkrip nilai legalisir  dan lainnya. Berkas langsung diantar ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bontang. Menunggu seleksi berkas juga terbilang cukup lama, hampir satu bulan. Setelah seleksi berkas diumumkan, tidak berselang lama jadwal ujian CAT juga diumumkan.

Oh ya, hampir saya lupa pada pendaftaran online, anda akan diminta untuk memasukkan formasi yang ada pilih. Terdapat 3 pilihan formasi yang harus anda isi, jika jurusan anda memenuhi syarat.  Ingat pilihan pertama adalah pilihan utama anda. Pengalaman hasil TKD 2014, pilihan ke 2 dan 3 dikesampingkan, walaupun anda paling tinggi dipilihan ke 2 dan 3 tidak akan diperhitungkan selama pilihan 2 dan 3 terdapat peserta yang lulus passing grade TKD. Jadi pilihlah dengan sangat cermat.

Hindari pilihan 1 adalah untuk semua jurusan, karena jika anda ingin lulus maka terdapat saingan yang banyak dan nilai TKD yang harus amat tinggi. Pilihlah sesuai jurusan anda saja. Pengalaman ipar teman memilih semua jurusan dipilihan 1 dan jurusannya dipilihan 2. Dia beranggapan jika tidak bisa dipilihan 1 maka akan jatuh kepilihan dua. Ternyata dia salah. Jika dilihat nilai memang dia, paling tinggi dipilihan 2, tetapi karena yang pilihan kedua, yang dipilih peserta lain sebagai pilihan pertama lulus passing grade. Maka ipar teman saya gugur.  

Menghadapi Tes Keahlian Dasar (TKD)
CAT Tahapan Tes ini adalah yang begitu menentukan. Jika lulus dalam tes ini, InshaAllah bisa melanjutkan ke Tes Keahlian Bidang (TKB). Hampir dua bulan saya mempersiapkan untuk tes ini, mulai membeli buku soal latihan CPNS, software CAT dan download soal CPNS di Android.

Setiap hari saya selalu menyempatkan waktu untuk membuka soal-soal. Selain berlatih soal hitung-hitungan, juga berusaha mengingat pembahasan tentang UUD, Politik, Wawasan Kebangsaan, Bahasa Indonesia serta soal-soal Psikotes.

Jadi bagi anda yang akan mengikuti seleksi CPNS, sebaiknya persiapkan diri anda sebaik mungkin. Jangan beranggapan seleksi CPNS itu untung-untungan atau menyerahkan pada nasib. Lakukan persiapan sebaik dan sesiap mungkin.

Dalam menghadapi TKD, terdapat pesyaratan yang harus terpenuhi yaitu lulus Passing Grade. TKD dibagi dalam 3 tes yaitu Tes Wawasan Kebangsaan, Tes Intelejensi Umum dan Tes Karakteristik Pribadi. Untuk Nilai Passing Grade ditentukan 70 TWK, 75 TIP dan 126 TKP.

Dalam ujian CAT terdapat 100 soal, dimana satu soal memiliki nilai 5 poin. Soal dibagi dalam 3 bidang tes. Untuk TWK dan TIU memiliki skor 5 poin jika benar dan 0 jika salah sedangkan TKP memiliki  ambang nilai 1-5 point.

Dibawah ini saya akan memberikan tips menghadapi ujian CAT berdasarkan pengalaman saya;

1.       Persiapkan diri sedini mungkin, makin banyak anda berdoa dan berlatih semakin bagus. Sholat Jamaah, Tahajud, Duha dan Sedekah itu kunci utama. Jangan memakai sistem kebut semalam. Saya pastikan anda tidak akan lulus, jikapun lulus mungkin hanya kebetulan.

2.       Pada tes CAT, peserta hanya diperbolehkan membawa pensil dan kartu ujian. Jadi jangan harap anda bisa belajar pada saat menunggu giliran anda.

3.       Sebelum berangkat jangan lupa Sholat Tahajud dan Dhuha, untuk dimudahkan. Satu jam sebelum tes anda sebaiknya sudah melakukan registrasi, jika anda terlambat maka dipastikan anda tidak bisa mengikuti ujian.
4.       Anda akan menunggu untuk masuk ke ruang tes di ruang tunggu, pengalaman saya menunggu bisa hampir 45 menit. Jadi sarapanlah sebelumnya.

5.       Pada saat anda masuk dan sudah duduk didepan layar monitor. Akan diminta memasukkan nomor NIK dan nomor tes. Sebaiknya jangan salah memasukkan. Anda akan diberikan selembar kertas buram untuk corat-coret.

6.       Ini yang paling seru, mengerjakan soal. Waktu yang diberikan ada 90 menit untuk 100 soal, sehingga tiap soal jangan lebih dari 1 menit untuk berpikir. Sebaiknya lalui jika tidak tau.

7.       Dalam sistem CAT ini, jika anda tidak tau dan mau meneruskan ke soal selanjutnya maka pilihlah satu jawaban yang kira-kira menurut anda benar. Tetapi tulis nomor soal dikertas buram, sehingga jika masih ada waktu anda bisa mengecek kembali soal tersebut. Jikapun tak ada waktu maka sudah terjawab.

8.       Soal diawal akan muncul adalah soal Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Bagian ini yang banyak menguras waktu, karena soal Bahasa Indonesia yang memilki kalimat yang cukup panjang. Jadi selalu lihat sisa waktu anda.

9.       Soal Tes Intelensi Umum, nah kertas buram bisa dipakai disini. Sebenarnya Soal TIU didalam CAT ini lebih mudah, karena tidak ada pertanyaan terkait misal logaritma ataupun rumus yang aneh-aneh. Yang saya rasakan kertas cukup membantu dalam soal logika.

10.    Selalu ingat manajemen waktu

11.   Tahap terakhir adalah Tes Karakteristik Pribadi, tips disini adalah carilah jawaban yang kira-kira paling ideal. Tipsnya kira-kira begini, cari jawaban yang loyal, pekerja keras dan taat pada atasan. Jangan memilih seenak kita. Kadang kita harus mengenyampingkan pilihan kita demi mendapat nilai yang baik. Beberapa pengalaman teman saya, banyak yang jatuh di TKP karena tidak bisa manajemen waktu pada soal-soal sebelumnya.

12.    Jadi selalu ingat manajemen waktu, sempatkan selalu melihat sisa waktu.

Ingat, jika ingin mengubah nasib lakukan dengan cara langit, jangan pakai cara kita. Perbaiki ibadah dan diri kita...
Berikutnya saya akan share mengikuti Tes Keahlian Bidang......

Wednesday 10 September 2014

Mengapa kami menjadi Yatim ?

ketika masih duduk di STM
"Air mata jatuh tak tertahan kala saya pulang sekolah, yang ada ditudung nasi hanya beberapa gengam nasi dan tulang belulang ikan goreng" beginilah nasib menjadi Yatim. Tak apa inilah rezekiku yang tertunda mungkin, atau mungkin inilah tempaan yang langsung kudapat diusia beliaku. *1998


Hari ini seorang kawan bertandang kerumah kami. Wajahnya ceria, tubuhnya “anak sehat” dan rasaya tidak ada yang menyangka. Bawaannya periang bahkan saya bilang, mungkin jarang bersedih. 

Satu bulan belakangan ini, saya dan ading mencoba menggeluti bisnis tepatnya bedagang kali. Hehee.. jadi banyak bertemu dan bersilaturahim dengan orang yang baru atau lama kami kenal. Berdagang memang menyambung hubungan diantara penjual dan pembeli.

Ya.. tidak ada yang salah mungkin dengan dia. Saya menanyakan usia anak kecil yang dibawanya. Katanya usianya sudah 3 tahun 7 bulan. Wajahnya menggemaskan dan juga lincah. Tapi tidak seaktif Jenderal kecil tentunya. Ading yang menemaninya mengobrol, karena sudah janjian untuk mengambil barang pesanannya.

Dia asyik bercerita tentang pekerjaan dan bisnis yang juga dia jalankan. Menurutnya hampir semua bisnis diikutinya. Jadi semua produk yang “katanya” baguspun dicobanya.

Tidak disangka dia bercerita tentang suaminya yang telah tiada setahun lebih. Katanya orang terkasihnya meninggal karena sakit. Gagal ginjal yang tanpa diduga diderita suaminya membuat harus mengahiri usianya didunia. Dia tak menyangka, kejadian itu begitu cepat. Padahal usia anaknya baru menginjak 2 tahun lebih. Dan dia baru bersama dalam ikatan pernikahan belum cukup 5 tahun.

Usia suaminya tergolong muda ketika meninggal. Memasuki usia 25 tahun. Dia bercerita bahwa banyak kenangan yang dialami bersama suaminya. Walaupun rasanya dia bercerita seperti air mengalir, tanpa ekspresi sedih. Di akhir kisah “Sebenarnya saya tidak sanggup, sungguh tidak sanggup. Sempat saya mengurung diri dan tidak mau bekerja, tetapi saya pikir anak saya seperti apa ?.” Pikiran inilah yang membuatnya terperanjat dan harus “Move On” melanjutkan hidup. Untuk buah hati dan masa depannya.

Sedih, iba dan rasanya tak tega melihat anaknya di usia 2 tahun sudah harus yatim. Ditinggal oleh ayah. Saya jadi teringat 16 tahun lalu ketika saya baru menginjak SMP. Ayah saya dipanggil sang pencipta meninggalkan 6 orang anak. Yang terkecil berusia 8 bulan. Sementara saya berusia 13 tahun. Rasanya dunia mau runtuh tanpa tahu berpijak kemana. Ibu saya, hanya wanita rumahan yang selama ini kerjanya mengurus kami. Tidak ada keahlian dan warisan yang dapat dijual. Kami benar-benar dalam kemiskinan kala itu. Beberapa saudara saya harus dititip ke Panti Asuhan, agar beban hidup menjadi lebih ringan. Di Panti Asuhan, pendidikan saudara saya tak perlu dipikirkan lagi. Dan juga diakhir pekan jika rindu bisa pulang melepas kangen.

Ada satu adik saya, yang harus dititipkan jauh. Selama satu tahun dia harus menumpang di rumah paman yang berlainan kota. Dia harus sibuk berkebun dan menanam sayuran diusia yang sangat belia. Tahun kedua dia harus pindah dan ikut paman lainnya di Sulawesi. Saya tak ingat pasti berapa tahun dia menetap disana. 

6 saudara sudah tercerai berai kala orang tua saya meninggal. Jadilah saya yang menemani ibu dirumah. Agar tetap bersekolah, saya dan ibu tiap hari harus mengayam atap daun nipah. Dari upah itulah saya bersekolah. Membeli buku, transport angkot dan juga uang jajan.

Untunglah sebelum ayah meninggal, dia sudah membuatkan kami tempat tinggal. Rumah yang berukuran 6 m x 8 m ini setidaknya membuat kami tenang. Tak perlu lagi menumpang atau menyewa ditempat lain.

Ketika ayah masih hidup, saya ingat beliau sangat senang ke laut. Bayangkan saja, dia dulunya seorang fotografer yang sangat dikenal di Bontang.  Punya studio yang hampir semua orang kala itu (80an) berfoto disitu. Tetapi semua berubah, ketika studio fotonya dilalap api. Pada kali kedua ayah mencoba bangkit lagi, tetapi terbakar lagi. Disinilah kami jatuh miskin. Saya pikir mungkin karena frustasi, akhirnya dia memutuskan menjadi nelayan.

Kami beberapa kali berpindah rumah, sampai akhirnya menetap dirumah yang bersebelahan langsung dengan muara. Rumah kayu itu sangat luas, bentuknya seperti huruf L. Tiangnya semua dari ulin dan papannya terbuat dari meranti. Sangking luasnya, saya bisa bermain bola didalamnya. Saya tidak tahu pasti untuk apa rumah itu dibuat. Sepertinya dahulu ingin dijadikan tempat pelelangan ikan.

Beberapa saudara saya dilahirkan dirumah ini, cukup lama kami menumpang dirumah ini. hampir 8 tahun mungkin. setelah akhirnya bapak saya membeli sebidang tanah dibelakang rumah tersebut dan membuat rumah kecil untuk kami.

Mempunyai saudara yang banyak tentu ramai. Yang pastinya saling usil sesama saudara menjadi ritual sehari-hari. Ada saja yang menangis. Yang paling miris ketika saya pulang sekolah dan tak ada nasi dipanci. Jikapun ada lauk ikan, hanya tersisa kepala dan tulangnya saja.

Ketika bersekolah di STM N 1 Bontangpun kisah miris ini masih berlanjut. Ketika duduk di SMP kelas 3 saya sempat membeli sepatu bekas. Saya tidak tau apakah sepatu itu hasil curian atau memang si empunya jual. Merknya kala itu sangat terkenal di tahun 1999. Yang pernah merasakan gaul di zaman itu, sudah tau Neckerman kan. Sepatu itu saya beli kalau tidak salah Rp. 50.000. Sepatu yang keren dan juga gaul. Warnanya hitam dan tebal, sehingga jika memakainya bisa terlihat tinggi. Sepatu ini saya pakai selama hampir 4 tahun. Sampai saya lulus STM. Hampir tiap hujan datang, sepatu ini membuat saya malu. Sepatu ini sudah terkikis solnya sehingga berlubang tembus sampai kedalam. Jika ada genangan air, maka akan meresap hingga ke kaki. Jadilah jika saya buka sepatu ini, satu ruang kelas semerbak aroma “melati.” Semua pasti tahu itu kaki siapa.

Hampir setiap jenjang dari SMP sampai STM. Setidaknya saya terbantu oleh beasiswa. Otak saya lumayan encer kata teman-teman. Jadilah beberapa beasiswa pernah mampir, membayar uang SPP tiap bulan. Ada beasiswa berprestasi dan sepertinya kebanyakan beasiswa tidak mampu, mungkin karena saya yatim.

Menjadi yatim memang berat, saya mengerti bagaimana rasanya menjadi yatim. Ketika ibu hanya rumah tangga biasa, ketika ibu hampir tak punya keahlian apa-apa.

Rasanya setali tiga uang dengan istri saya. Di usia yang sangat muda, dia juga harus ditinggal ayahnya. Ketika dia duduk di kelas 2 SD. Mertua saya ketika itu berusia 23 tahun,  tidak lulus SD dan tidak punya keahlian.  Mendengarnya bercerita ketika menjalani hidup, tak terasa air mata menetes.

Menjadi anak yatim, kita kadang iri dengan keluarga yang utuh. Kita iri dengan kasih sayang. Kita iri dengan kepunyaan teman. Sementara kita hanya bisa bermimpi dan berangan-angan. Makan seadanya. Pakaian harus dijaga baik-baik agar tidak rusak. Sepatu hanya bisa diganti ketika sudah sangat rusak, jika masih bisa dijahit berarti umurnya masih panjang. Atau ketika semua anak naik kelas memakai baju baru, sementara kami harus rela memakai baju seragam yang dipakai dari masuk hingga lulus sekolah.

Ading bercerita, ketika sekolah dulu uang jajannya hanya Rp.1.000. Sementara untuk angkot dari Loktuan ke SMA Negeri 1 harus nyambung. Ketika itu sekali jalan tarifnya Rp.500.  Jadi uang itu hanya cukup untuk pergi sekolah saja. Sementara pulang nanti diurus belakang. Jika kadang bernasib baik, teman ada yang memberi ongkos pulang.

Ini yang rasanya tak adil kala itu, semua anak diwajibkan punya buku. Sementara kami, biaya angkot saja tidak cukup ke sekolah mau beli buku pelajaran. Jadilah si ading, harus mencatat semua isi buku agar tidak ketinggalan pelajaran. Ketika ada PR, harus datang lebih pagi ke sekolah karena harus mengerjakan dari meminjam buku pelajaran teman.

Jika ingat masa itu, sedih memang tetapi ya itu sudah berlalu. Mungkin karena itulah kami ditempa oleh hidup. Tidak lupa kepada masa itu, dan selalu melihat pada yang yatim.

Bukankah Rosullullah juga Yatim bahkan Piatu pula. Itu saja yang kadang menyenangkan kami. Rosul pernah bilang, bahwa doa anak yatim itu mustajab. Cepat di ijabah. Kadang kami merasa, kami mungkin orang pilihan yang diberikan garis tangan untuk yatim. Agar kami tahu rasanya tidak mempunyai seorang ayah. Agar kami banyak berdoa atau mungkin  pintu syurga sudah dibukakan untuk kami.

Wallahualam...

Masih banyak mungkin yang saat ini sudah merasakan menjadi yatim atau piatu. Harus bergelut dengan kemiskinan. Teruslah berdoa dan berharap hanya kepada Allah SWT. ingatlah Doa anak yatim adalah doa yang bisa menggetarkan Arsy. Doa yang terkabulnya sudah punya garansi. Dan teruslah belajar dari keyatiman kita. Mungkin Allah SWT dan Rosulnya sayang kepada kita. Maka kita menjadi Yatim.

Selamat Istirahat... Terima kasih kawan, yang sudah berkunjung kerumah kami. Mengajarkan dan mengingatkan kami dalam keyatiman kami. Agar banyak bersyukur dengan apa yang kami punyai sekarang.. Terima kasih...





Saturday 9 August 2014

Gaza Mumtazah Gadis Kecilku



Gaza Mumtazah

Nama yang kami berikan kepada gadis kecilku ini. Gaza seperti nama kota di Palestina, sehingga ia mempunyai tautan  hati dengan kota yang saat ini digempur oleh Israel. Juga mempunyai artinya Kuat dan Pejuang. Sedangkan Mumtazah berarti yang unggul dan memilki kelebihan dan istimewa. Hingga ia menjadi Pejuang kuat yang memiliki keistimewaan untuk agama ALLAH SWT SWT yaitu Islam

“La Haula Walaku Wata Illa Billa al-Aliyyil Adzim”
 (Tidak ada daya dan upacaya kecuali atas izin ALLAH SWT Maha Tinggi dan Maha Agung)
Begitulah ucap kala mencoba mengeluarkan calon bayi kami dari rahim. Kata yang selalu disebut ketika sakit memuncak dan meregang nyawa. Demi mengharap ridho Ilahi.


Jumat, 12 Syawal 1435/8 Agustus 2014

Tak ada yang sulit ketika semua permintaan hanya pada ALLAH SWT. Semua akan dibuat mudah, semua tampak sangat indah dan bahkan hati akan berbunga-bunga walaupun dalam badai cobaan. Begitulah pengalaman saya mendampingi istri dalam persalinan anak kedua.

Dari prediksi dokter menurut hasil monitor USG, kelahiran akan berlangsung sekitar tanggal 22 Agustus 2014. Jadi tanggal 12 Agustus di perkirakan baru masuk usia 9 bulan. Itulah manusia, hanya bisa mengira-ngira, tetap Yang Maha Kuasa yang memutuskan.

Sehari sebelum tanggal 8, Ading masih disibukkan dengan rutinitasnya bekerja. Tidak ada yang aneh kala itu, hanya sedikit kontraksi yang dirasakan ketika duduk didepan meja. Itupun masih bisa ditahan, bahkan aktifitas bekerja seolah tak terganggu. Berdagang juga masih lancar. Beberapa bulan ini memang dia, disibukkan berdagang alat kecantikan wajah Nano Spray. Sampai waktu melahirkan, bahkan barang pesanan belum diantar, jadilah pembelinya mengambil dirumah sakit.

Jumat, hari yang penuh berkah. Saya seperti biasa, bangun lalu tak lupa sholat malam dan melanjutkan sholat Subuh berjamaah di Masjid. Sepulang menyempatkan membaca Al-Quran. Sekitat pukul delapan pagi, saya bertanya pada si Ading, apakah mau bekerja hari ini. Hari ini waktu bekerja sempit, sehingga perlu persiapan agenda yang matang.

Pagi itu, kontraksi mulai datang lagi tetapi ini berbeda. Sudah sering datang, beberapa menit sekali. Sakitnya juga mulai bertambah, tapi kami menampik hari itu akan ada persalinan. Karena prediksi persalinan masih dua minggu lagi. Mungkin hanya kontraksi biasa saja.

Sakit yang datang dan hilang membuat sedikit kawatir juga. Sampai pukul 10 pagi, sakitnya kontraksi sudah mulai tak tertahan. Ading mulai mengatur nafas dan berjalan. Kadang memegang tulang ekor belakang, karena sakitnya sudah mulai menanjak.

Wajahnya tampak kesakitan, pucat dan keringat sudah mulai mengucur. Tak ada lagi senyum. Saya hanya mengingatkan “Selalu berdzikir sayang, semoga dimudahkan.”

Pergerakan rahim sudah mulai rutin, hingga pukul 11 siang. Mertua mendesak untuk segera membawa ading ke Rumah Sakit. Tetapi si Ading menolak, katanya dia masih bisa menahan. Dan takut ketika di RS harus menunggu lama. Pengalaman yang terjadi ketika melahirkan anak pertama. Ketika pertama sakit, kami langsung ke RS pada pukul 12 malam, ternyata baru bukaan satu. Hingga pukul 12 siang keesokaannya bukaan baru 2.  Ini yang menjadi pertimbangan si Ading, menahan hasrat ke RS lebih awal.

Sampai pukul 12 siang, saya harus bergegas ke Masjid. Sehabis mandi dan menggunting kuku serta sudah mencukur kumis. Kupakai baju koko abu-abu, sarung tenun serta songkok. Mertua sempat melarang ke masjid, karena takut jika ading nanti sudah tak tahan lagi. Saya bilang  “tidak apa-apa ma’.” Lalu ku pegang perut ading dan mendekatkan wajahku, kubisikkan pada calon dede “Sabar ya dek, tunggu papa pulang sholat dulu ya baru keluar.”

Kulangkahkan kaki menuju panggilan wajib Ilahi, dengan doa dan harap. Selepas mendengar Khutbah dan sholat. Saya masih menyempatkan sholat sunah untuk berdoa bagi kelancaran persalinan si ading.

******


Setibanya dirumah, saya lihat ading saya lihat duduk di sofa hijau menahan sakit. Tubuhnya berkucur keringat dan pucat pasi. Mertua lalu mengatakan “Bawa sudah istrimu ke Rumah Sakit.” Segera saja mengangkat tas kebutuhan pasca kelahiran yang sudah dipersiapkan ading. Kususun rapi di bagasi belakang. Kuganti pakaian dengan cepat. Kulihat ading, disiapkan ramuan madu bercampur telur kampung yang dikocok untuk diminum. Dalam kondisi kesakitan, ditenggaknya minuman itu sebagai stamina.

Kuda besi kupacu tidak begitu laju. Ading punya trauma kecelakaan, ketika awal mengandung anak kedua. Ada bekas luka di dahi yang sudah menjadi keloid. Kecelakaan yang mungkin akan diingat seumurh hidup. Mobil yang ditumpanginya sudah hancur dan tidak bisa diperbaiki lagi. Dahinya membentuk kaca depan mobil, hingga robek sepanjang 10 cm. Dan meretakkan kaca mobil. Sungguh ALLAH SWT masih menjaganya kala itu.

Didalam mobil, dia duduk disamping saya. Jalanan yang dilalui terasa sangat panjang.  Kulihat dia merintih kesakitan. Tangannya memegang gagang pintu. Suaranya merendah dan kadang melengking. Saya sarankan dia mengatur nafas setidaknya mengurangi ketegangan.

Hanya kami berdua yang menuju RSU Taman Husada Bontang. Mertua tidak mendampingi, karena harus menjaga si El dirumah.  

Ketika mobil sudah tepat berada di ruang Unit Gawat Darurat. Kuambil kursi dorong dengan cepat, ading lalu duduk. Dan langsung masuk ke Ruang Persalinan di lantai dua. Saya harus sibuk memarkir mobil yang menghalangi jalan dan mendaftarkan di loket pendaftaran. Itu resiko jika hanya berdua. Tak ada yang menemani ading diruang persalinan, hanya beberapa bidan saja.

Setelah urusan administrasi sudah selesai. Saya berlari ke lantai dua lagi, menemani ading. Saya lihat dia sudah berbaring. Di dalam ruang persalinan di RS ada 2 ranjang. Pada persalinan anak pertama, ading di ranjang sebelah kiri. Sekarang di ranjang sebelah kanan. Ruangan yang terbilang bersih dan rapi. Serta pelayanan yang begitu ramah.  

Sakitnya sudah memuncak. “Sakit da.” Ucap ading. “Banyak-banyak dzikir saja, semoga dimudahkan ALLAH SWT” jawabku. Waktu kala itu sudah pukul 14.00. Setelah itu, 4 orang bidan mulai memberikan intruksi. Satu orang memakai Alat Pelindung Diri lengkap, dengan sarung tangan karet, masker, pakaian seperti celemek serta memakai sepatu bots. Dialah seperti pemimpin diantara bidan yang lain.

Tak selang berapa lama, ketuban pecah dan menyembur. Warnanya  kehijauan. Bidan mengatakan “Dilihat dari ketubannya ini lewat bulan, tetapi kan belum nyampe sembilan bulan.” Perasaan yang membuat kami sedikit tegang.  Lalu dengan sigap bidan mengambil tindakan lagi “Saya periksa bukaannya” ucap pemimpin bidan itu. “Sudah bukaan 5 tipis” tambahnya lagi.

Rasa sakit sudah tak tertahan, beberapa saat itu. mulailah ading “mengeden.” Bidanpun mulai lagi memberikan instruksi “Ibu, kalau ada kontraksi baru ngeden ya.” Sakitpun mulai datang, saya tepat berada disamping kanannya. Suaranya menguat, wajahnya memerah dan peluh keringat membasahi wajah dan sekujur tubuh.

Nyeeekkkkkkkkk........... La Haula Walaku Wata Illa Billa al-Aliyyil Adzim” kata yang terucap dalam kesakitan yang teramat sangat dahsyat. “Pintar ibu ngedennya, ibu istrirahat ya kalau belum ada kontraksi” ujar pimpinan bidan. Kontraksi datang lagi, dengan sekuat tenaga ading “mengeden” untuk kedua kalinya. “Pinta bu, sedikit lagi ini bu” tambah bidan. Tak selang beberap saat, sakit yang ditunggu datang dan “Nyeeekkkkk....... La Haula Walaku Wata Illa Billa al-Aliyyil Adzim”. Lalu Kepala bayi keluar, setelah itu ditarik dan pecahlah tangisan  anak manusia pertama kali didunia..
Alhamdullillahi Robbil Alamin (Segala Puji Hanya Bagi ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam) ....  Kata yang tak henti kami ucapkan.

Setelah dibersihkan dan diberi sinar agar hanyat. Bidan mengatakan bahwa tali pusarnya terlilit dileher dan talinya begitu rapuh. Kami tak henti lagi mengucap syukur karena pertolongan ALLAH SWT SWT memang dekat. Ditambahkan bidan air ketuban sudah hijau, tali pusar terlilit dan rapuh jika lebih lama melahirkan, bisa berbahaya bagi ibu dan bayinya.

Setelah melihat “gadis kecil “ kami, rasa sakit yang ading rasakan perlahan sirna. Apalagi bidan juga berkata “Ibu, rahimnya bagus dan ringnya tidak ada sobekan jadi tidak perlu dijahit.” Rona bahagia terpancar lagi dari Ading. Karena pengalaman anak pertama harus mendapat 13 jahitan. Dan katanya lebih sakit dari melahirkan jika dijahit.

“Gadis kecil” lahir tepat di hari  Jumat yang penuh berkah, tanggal 8 Agustus 2014 pukul 14.10 WITA,  memiliki berat badan 3,3 kg, panjang 51 cm pada persalinan normal.


Kekecewaan terpancar jelas pada para penjenguk Gaza Mumtazah, karena tak dapat melihat si Kecil. Cukup lama “gadis kecil” kami dihangatkan. Menurut bidan suhu tubuhnya turun sehingga perlu diberi penghangat. Kondisi ketuban yang sudah menghijau dan suhu AC sentra RS yang dingin penyebab turunnya suhu tubuhnya. Alhamdulillah kondisi ini tidak perlu dikwatirkan. Tepat sabtu pukul 2 siang kami sudah pulang, membawa Gaza Mumtazah untuk dapat bertemu dengan Abang dan nenek yang sudah kangen.  
 


Semoga kelah “Gadis kami” menjadi wanita yang sholehah, berbakti kepada ALLAH SWT SWT, Rasullullah Muhammad SAW dan Kedua Orang tuanya. Aamminnnnn.........

Ahad, Bontang
07.40 Wita.