Wednesday 1 May 2013

Akhirnya Kemah Juga



bulan purnama

Sudah lama kami. Saya dan istri tidak pernah berkemah di alam terbuka. Rasa kangen akan suasana pohon, udara, nyamuk dan tenda membuat kami nekat pergi berkemah di akhir Bulan Maret yang lalu.  Tujuan kemahnya juga tidak tanggung-tangggung, 6 jam perjalanan menggunakan kapal motor dari Bontang. Daerah tersebut bernama Pantai Cepu-cepu di Desa Kaliorang Kabupaten Kutai Timur.

Menurut teman yang pernah kesana, pantainya bagus dan pemandangan memukau. Jadilah kami bertiga begitu antusias untuk berangkat kesana. Jam 3 subuh sudah bangun menyiapkan perlengkapan. Mulai dari selimut, air minum, losion nyamuk sampe membeli snack untuk perjalanan. Jam 6 pagi kami harus bergegas menuju Pelabuhan Tanjung Laut untuk naik kapal.

Memang dasar indonesia, semua pake jam karet. Jam 9 pagi kami baru berangkat. Yang kasihan si el dibangunin pagi-pagi, masih tertidur waktu dimandiin. Ternyata kamilah yang duluan hadir menunggu teman-teman yang akan berangkat.

Perjalanan 6 jam memang sangat membosankan, tetapi sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan laut dan daratan yang kami lalui. Setidaknya sebagai pengusi kebosanan, sekali mulut ini menyungah snack yang kami bawa. Yang tidak menyenangkan kapal motor yang kami tumpangi, tidak ada toiletnya.

sesampainya disana, saya harus mengatakan wow gitu. Pantainya begitu indah. Ketika melihat pulauya dari kejauhan saya teringat waktu berkunjung ke Pulau Kakaban. Pengunungan yang tinggi membumbung, seolah angkuh menyambut kami. Bibir pantai yang panjang puluhan kilometer yang berwarna putih. Pohon cemara dan kelapa mendominasi tanaman pantai.

Segera saja teman-teman mengangsur barang bawaan. Kami berkemah selama 2 malam disini, sehingga alat masak, tenda, jenset, natura semua dibawa. Pantai ini tidak ada dermaga untuk berlabuh. Jadi kami harus turun ditempat yang airnya dangkal sepinggang untuk mengangsur barang. Setiap orang menjinjing barang bawaan, serta berbaris rapi seperti pengungsi.  

Setibanya dipantai, dengan sigap teman-teman menyebar ada yang memasak dan membangun tenda. Sementara istri sibuk mengejar si El lari kesana sini. Pantai ini bisa dikatakan terpencil, sangat sedikit orang kesini. Adapun kampung jaraknya cukup jauh. Berkemah disini serasa terdampat dipulau tak berpenghuni.

mandi di sungai
Yang membuat pantai ini berbeda, air sungai yang mengalir membelah pantai menuju ke laut. Pengunungan yang tinggi dan hijau, memang selalu menghasilkan sungai berair jernih. Airnya begitu dingin, ketika menyentuh kulit rasanya seperti es. Jika air surut aliran sungai jelas terlihat tetapi jika air pasang sungai tersebut bercampur dengan air laut. Si El begitu asyiknya mandi, sampai malamnya dia masuk angin dan muntah-muntah.

Tenda didirikan ditepi pantai dan berjejer. Bumbungan tenda dome terlihat aneh dan kontras dengan warna pantai. Matras berwarna hitam digelar didepan tenda, sebagai tempat duduk menikmati bulan, bintang dan deburan ombak.

depan tenda
Malamnya sangat indah, tepat bulan purnama. Terang dan biasnya jatuh dilaut, remang-remang membuat suasana kemah menjadi asyik. Yang tak kuat, agasnya menggigit sekujur tubuh. Tidak bisa menghindari dari gigitannya. Sudah banyak lotion anti nyamuk saya oleskan ditubuh, tetap saja agas menggigit sangat sakit. Ingin teriak, rasanya tak  ada gunanya. Dinikmati saja jadinya.Ungtungnya si El anteng-anteng saja.

Tidur ditenda dan mendengar deburan ombak serta suara binatang malam membuat tak ada jarak antara kami dengan alam. Alam yang begitu indah rasanya tak ingin mewatkan sedetik saja.

Soal makanan jangan kira kami menderita. Mottonya  kemah jangan makan mie dan ikan kering. Kami datang saja, sudah bakar sate ala madura dan kelapa muda. Karena dipantai, jadilah kami makan ikan terus. Beberapa teman yang tinggal di kaliorang datang membawa jala. Tinggal menyebar jala dan tunggu. Ikan bakar menjadi menu andalan, sampe-sampe makan ikan saja tanpa makan nasi.

Yang tak kuat menjaga si El. Tingkahnya lari kesana sini. Digendong keberatan, dibiarin capek ngejarnya. Jadi saya dan istri bergantian menjaganya.  Walaupun begitu saya dan istri tak kapok kemah seperti ini, biarpun jauh dan melelahkan rasanya sudah terbayar. Ingin lagi kembali dan berkemah disini.