Lama nian
saya tidak menulis di blog tersayangku ini. Hampir setengah tahun ya. Menjadi guru
seharusnya giat untuk menulis, tetapi kemalasan masih merajai diri ini
(hehehehe). Kali ini saya menulis tentang kabar sedih dan gembira yang baru
kami dapat. Sepatutnya berita ini sudah saya sampaikan kepada teman-teman
beberapa bulan yang lalu. Maaf baru kesampaian sekarang. Doakan saya menulis
lebih giat lagi. Aminn....
Kejadian ini
bermula ketika Si Ading, sedang melakukan perjalanan Bontang ke Samarinda tahun
lalu, lebih tepatnya bulan Desember 2013. Ia beserta rombongan tempat bekerja,
melakukan dinas beberapa hari. Kali ini saya tak bisa menemani, karena saya
sudah berjanji kepada adik-adik untuk kemah di sekolah. Jadilah Si Jendral
Kancil bersama saya di Bontang saja.
Kejadian ini
sungguh diluar dugaan. Setengah jam sebelum kejadian saya sempat menelpon, dia
mengatakan singgah makan sebentar. Sayapun asyik melakukan kegiatan LKBB untuk
adik-adik. Tiba-tiba suara Handphone berbunyi “Mas, kami tadi kecelakaan, tapi
istri mas ngak papa hanya luka sedikit saja” terdengar ditelepon. Kalut dan tak
karuan rasanya, tetapi kata-kata “tidak apa-apa” membuat sedikit tenang. Beberapa
saat kemudian, saya dihubungi lagi untuk dapat menunggu si Ading di RSUD
Bontang. Bertambah kalut lagi rasanya, meraba-raba apa yang sebenarnya terjadi.
Bagaimana nasib Si ading. Luka apa yang dideritanya.
Kegiatan
masih berlangsung, saya tak enak meninggalkan adik-adik sendiri. Maklum tidak
ada pembina selain saya disini. Setelah saya bercerita kepada adik-adik,
akhirnya sayapun bergegas ker rumah sakit. Setibanya disana, sudah terliihat Si
ading tergelak diruang IGD Rumah Sakit. Dia menahan sakit, rasa tegang langsung
timbul seketika. Kudekati dia, rasanya tak tega melihat dirinya kesakitan. Jidatnya
diperban kala itu, tak lama dokter dan perawat datang membuka perban untuk
membesihkan luka.
Sedih rasanya,
melihat jidat ading robek, hampir 10 cm panjangnya. Luka terbuka, dagingnya
terlihat jelas. Kulit sudah entah kemana. Seperti disayat-sayat. Pecahan kaca masih
menempel disana sini. Sehingga ketika dibersihkan rasa sakitpun tak terelakkan.
Tak tega melihat, orang terkasih mengalami kecelakaan. Dokter mengatakan, luka
ini pastinya akan berbekas, sebaiknya konsultasikan ke dokter bedah. Tanpa pikir
panjang, kamipun mengambil keputusan, dijahit saja sekarang karena dokter
bedahnya sedang tidak ada.
Setelah dijahit,
sayapun mencecar pertanyaan ikhwal kejadian yang menimpa Si ading. Dia bercerita
“Ketika kejadian, saya tertidur. Kepala saya langsung terbentuk kaca depan
mobil dan berdarah.” Itu saja yang diingat, selepas itu orang berteriak dan
menolong. Darah langsung mengucur dikepala kala itu. dia memegangi kepala,
karena sakit. Dan betapa kagetnya yang dipegang semuanya memerah.
Si ading pun
dilarikan ke Puskesmas terdekat, langsung dibersihkan seadanya dan diperban. Menurut
perawat, harus cepat dirujuk ke Rumah Sakit. Tak selang berapa lama, ada
anggota polisi yang kebetulan melintas menuju Bontang, segera saja Si ading
ikut. Akhirnya dia sampai ke Rumah Sakit. Yang dia tahu kejadian begitu cepat, mobil
yang ditumpangi bertabrakan dengan Truk. Mobil tipe Avanza rusak berat,
sepertinya sudah tidak bisa lagi diperbaiki.
Asyik mengobrol
pasca kejadian. Teman Si ading juga tiba di Rumah Sakit. Saya lihat dia bersama
istrinya. Kepala Istrinya terlihat sakit, karena selalu dipegang. Kasihan saya
melihatnya, selain kepala juga
muntah-muntah sejak kejadian kecelakaan. Di observasi dulu diruang IGD agar
tahu bagaimana kondisi dan tindakan selanjutnya.
Setelah dijahit
dan diperban, kami bergegas untuk pulang kerumah. Kala itu, hujan gerimis
seolah menunjukkan hati kami yang sedang sedih. Kecelakaan ini benar-benar
cobaan. Kami renungi dan resapi, apa yang sebenarnya maksud dari kejadian ini.
Malam itu,
saya tinggal si Ading dirumah untuk istirahat dan saya kembali ke Perkemahan.
Sementara Si Jenderal kancil saya titip dirumah orang tua. jadilah malam itu saya,
si ading dan si El tidak tidur bersama. Si Ading butuh istirahat, sementara
saya tidak bisa meninggalkan adik-adik yangs sedang kemah dan biarkanlah si
Jenderal Kancil bermain sepuasnya dirumah neneknya.
Beberapa hari
kemudian, Si Ading bilang dia sudah telat datang bulan beberapa minggu. Dia tidak
ingat pasti tanggal berapa biasanya datang, tetapi ini sudah telat. Mendengar itu
saya langsung curiga “jangan-jangan hamil” ungkap saya. Rasa penasaran
menyereuak dikepala, segera saja kami sepakat membeli tespek. Keesokan paginya,
tes urine dilakukan. Dan Alhamdulillah Si Ading hamil. Memang saya dan Si
Ading, selepas Si Jenderal Kancil berusia 2 tahun, kami tidak patuh dan taat
menggunakan alat kontrasepsi.
Malang tak
dapat dihindar dan Untung tak dapat disangka. Itulah mungkin gambaran yang kami
alami di akhir tahun 2013. Mendapat cobaan dan juga mendapat anugrah. Semoga menjadi
motivasi bagi kami agar selalu bersyukur, karena cobaan itu tak tahu datangnya
kapan dan dimana. Sementara hari-hari tanpa syukur membuat hati semakin
gelisah. Bukankah semua nikmat telah kita rasakan, tetapi masih saja selalu
kurang. Ya Allah Ingatkanlah selalu kami akan nikmatmu....
Sementara Istri
teman Ading, diketahui mengalami pendarahan diotak dan harus dioperasi. Ada cairan
didalam otak yang harus dikeluarkan karena benturan yang keras. Ya Allah
sembuhkanlah saudara kami yang sedang engkau uji....
Semoga semua
kawan, saudara dan siapa saja dapat menyikapi cobaan, musibah dan anugrah yang
diberikan Allah kepada kita... aminnn...