Monday, 31 March 2014

Malang tak dapat dihindar, Untung tak dapat disangka

Lama nian saya tidak menulis di blog tersayangku ini. Hampir setengah tahun ya. Menjadi guru seharusnya giat untuk menulis, tetapi kemalasan masih merajai diri ini (hehehehe). Kali ini saya menulis tentang kabar sedih dan gembira yang baru kami dapat. Sepatutnya berita ini sudah saya sampaikan kepada teman-teman beberapa bulan yang lalu. Maaf baru kesampaian sekarang. Doakan saya menulis lebih giat lagi. Aminn....

Kejadian ini bermula ketika Si Ading, sedang melakukan perjalanan Bontang ke Samarinda tahun lalu, lebih tepatnya bulan Desember 2013. Ia beserta rombongan tempat bekerja, melakukan dinas beberapa hari. Kali ini saya tak bisa menemani, karena saya sudah berjanji kepada adik-adik untuk kemah di sekolah. Jadilah Si Jendral Kancil bersama saya di Bontang saja.

Kejadian ini sungguh diluar dugaan. Setengah jam sebelum kejadian saya sempat menelpon, dia mengatakan singgah makan sebentar. Sayapun asyik melakukan kegiatan LKBB untuk adik-adik. Tiba-tiba suara Handphone berbunyi “Mas, kami tadi kecelakaan, tapi istri mas ngak papa hanya luka sedikit saja” terdengar ditelepon. Kalut dan tak karuan rasanya, tetapi kata-kata “tidak apa-apa” membuat sedikit tenang. Beberapa saat kemudian, saya dihubungi lagi untuk dapat menunggu si Ading di RSUD Bontang. Bertambah kalut lagi rasanya, meraba-raba apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana nasib Si ading. Luka apa yang dideritanya.

Kegiatan masih berlangsung, saya tak enak meninggalkan adik-adik sendiri. Maklum tidak ada pembina selain saya disini. Setelah saya bercerita kepada adik-adik, akhirnya sayapun bergegas ker rumah sakit. Setibanya disana, sudah terliihat Si ading tergelak diruang IGD Rumah Sakit. Dia menahan sakit, rasa tegang langsung timbul seketika. Kudekati dia, rasanya tak tega melihat dirinya kesakitan. Jidatnya diperban kala itu, tak lama dokter dan perawat datang membuka perban untuk membesihkan luka.

Sedih rasanya, melihat jidat ading robek, hampir 10 cm panjangnya. Luka terbuka, dagingnya terlihat jelas. Kulit sudah entah kemana. Seperti disayat-sayat. Pecahan kaca masih menempel disana sini. Sehingga ketika dibersihkan rasa sakitpun tak terelakkan. Tak tega melihat, orang terkasih mengalami kecelakaan. Dokter mengatakan, luka ini pastinya akan berbekas, sebaiknya konsultasikan ke dokter bedah. Tanpa pikir panjang, kamipun mengambil keputusan, dijahit saja sekarang karena dokter bedahnya sedang tidak ada.

Setelah dijahit, sayapun mencecar pertanyaan ikhwal kejadian yang menimpa Si ading. Dia bercerita “Ketika kejadian, saya tertidur. Kepala saya langsung terbentuk kaca depan mobil dan berdarah.” Itu saja yang diingat, selepas itu orang berteriak dan menolong. Darah langsung mengucur dikepala kala itu. dia memegangi kepala, karena sakit. Dan betapa kagetnya yang dipegang semuanya memerah.

Si ading pun dilarikan ke Puskesmas terdekat, langsung dibersihkan seadanya dan diperban. Menurut perawat, harus cepat dirujuk ke Rumah Sakit. Tak selang berapa lama, ada anggota polisi yang kebetulan melintas menuju Bontang, segera saja Si ading ikut. Akhirnya dia sampai ke Rumah Sakit. Yang dia tahu kejadian begitu cepat, mobil yang ditumpangi bertabrakan dengan Truk. Mobil tipe Avanza rusak berat, sepertinya sudah tidak bisa lagi diperbaiki.

Asyik mengobrol pasca kejadian. Teman Si ading juga tiba di Rumah Sakit. Saya lihat dia bersama istrinya. Kepala Istrinya terlihat sakit, karena selalu dipegang. Kasihan saya melihatnya, selain kepala  juga muntah-muntah sejak kejadian kecelakaan. Di observasi dulu diruang IGD agar tahu bagaimana kondisi dan tindakan selanjutnya.

Setelah dijahit dan diperban, kami bergegas untuk pulang kerumah. Kala itu, hujan gerimis seolah menunjukkan hati kami yang sedang sedih. Kecelakaan ini benar-benar cobaan. Kami renungi dan resapi, apa yang sebenarnya maksud dari kejadian ini.
Malam itu, saya tinggal si Ading dirumah untuk istirahat dan saya kembali ke Perkemahan. Sementara Si Jenderal kancil saya titip dirumah orang tua. jadilah malam itu saya, si ading dan si El tidak tidur bersama. Si Ading butuh istirahat, sementara saya tidak bisa meninggalkan adik-adik yangs sedang kemah dan biarkanlah si Jenderal Kancil bermain sepuasnya dirumah neneknya.

Beberapa hari kemudian, Si Ading bilang dia sudah telat datang bulan beberapa minggu. Dia tidak ingat pasti tanggal berapa biasanya datang, tetapi ini sudah telat. Mendengar itu saya langsung curiga “jangan-jangan hamil” ungkap saya. Rasa penasaran menyereuak dikepala, segera saja kami sepakat membeli tespek. Keesokan paginya, tes urine dilakukan. Dan Alhamdulillah Si Ading hamil. Memang saya dan Si Ading, selepas Si Jenderal Kancil berusia 2 tahun, kami tidak patuh dan taat menggunakan alat kontrasepsi.

Malang tak dapat dihindar dan Untung tak dapat disangka. Itulah mungkin gambaran yang kami alami di akhir tahun 2013. Mendapat cobaan dan juga mendapat anugrah. Semoga menjadi motivasi bagi kami agar selalu bersyukur, karena cobaan itu tak tahu datangnya kapan dan dimana. Sementara hari-hari tanpa syukur membuat hati semakin gelisah. Bukankah semua nikmat telah kita rasakan, tetapi masih saja selalu kurang. Ya Allah Ingatkanlah selalu kami akan nikmatmu....

Sementara Istri teman Ading, diketahui mengalami pendarahan diotak dan harus dioperasi. Ada cairan didalam otak yang harus dikeluarkan karena benturan yang keras. Ya Allah sembuhkanlah saudara kami yang sedang engkau uji....

Semoga semua kawan, saudara dan siapa saja dapat menyikapi cobaan, musibah dan anugrah yang diberikan Allah kepada kita... aminnn...