Wednesday, 2 November 2016

Kotak Rezeki


Beberapa minggu belakangan ini pagi-pagi buta sudah sibuk berdendang ria di dapur. Mulai dari memotong, menggoreng dan menanak menjadi hal yang menarik diawal hari. Ya.. beberapa pekan kebelakang kami sudah mulai membawa bekal makananan untuk dibawa ke kantor.

Semua orang tentu tau, bagaimana kondisi keuangan negara dan daerah saat ini, semua sektor  penggerak ekonomi seolah-olah terseok dalam merangkak, berdiripun rasanya sudah kepayahan. Tak terkecuali di Kota Bontang.

Kota Taman sebutan untuk Bontang, anggaran belanja sangat bergantung dari tetesan APBN. Hingga dalam segala lini pembangunan infrastuktur harus berharap dari pusat. Proyeksi APBD tahun 2016 diperkirakan kurang lebih 1,9 Triliun, tetapi pada kenyataannya hingga akhir semester kedua terkoreksi menjadi kurang lebih 1,2 Triliun. Perlambatan ekonomi dengan turunnya harga Migas Dunia membuat Dana Bagi Hasil untuk daerah penghasil dan pengolah menjadi turun drastis.

Tentu ini menjadi pukulan telak bagi lini pemerintah daerah, terlebih lagi kualitas hidup masyarakat Kota Bontang yang sudah cukup tinggi. Keberadaan dua perusahaan besar yaitu PT.Badak NGL dan PT.Pupuk Kalimantan Timur, membuat harga pasar baik sandang maupun pangan menjadi berbanding lurus dengan pendapatan warganya.

Tapi tak usah terlalu memikirkan perlambatan ekonomi, saya pikir teori ekonomi juga selalu berlaku. Ketika nilai semakin tinggi maka titik jenuhnya tentu ada, sehingga perlahan menjadi turun. Mungkin inilah yang terjadi sekarang, faktor penurunan harga komoditi dunia tentu dipengaruhi banyak faktor global, seperti perang, stabilitas politik hingga tetek bengek disudut dunia yang secara tidak lansung berimbas ke Indonesia.

Sudahlah, bicara ekonomi dunia membuat saya pusing yang tidak ditanggung BPJS.  Kembali kedapur saja. Setiap pagi saya dan istri meyiapkan 4 bekal. Saya, istri, el dan adiknya. Tidak mau pusing, biasanya segala macam persiapan sudah dilakukan di hari minggu. Mulai dari membeli kepasar, mencuci, menyiangi sampai pada menyimpan rapat dalam wadah kedap lalu dimasukkan kedalam kulkas.

Sebenarnya saya untuk urusan makan, tidak ribet. Apa aja dimakan, yang penting halal. Hehehe… kebosanan makan diluar juga salah satu alasan membawa bekal. Menu yang itu-itu saja, aromanya sudah hafal dan rasanya belum masuk mulut sudah terasa ditenggorokan. Seenak-enaknya makanan diluar tentu akan kalah dengan masakah rumah. Hehehehe…

Hubungan membawa bekal dan perlambatan ekonomi apa ya ?, tentu semua sudah bisa menebak. Kondisi keuangan daerah yang memprihatinkan, beberapa pengeluaran rumah tangga tentu harus menyesuaikan. Beberapa bulan yang lalu salah satu tunjangan telah dilakukan rasionalisasi dengan penerimaan daerah. Jadi sebagai imbasnya, kamipun melakukan juga rasionalisasi anggaran belanja keluarga. Hehehe… Jika sehari makan siang bisa menghabiskan Rp.50.000, maka terkoreksi menjadi Rp.25,000.

Teorinya seperti itu, tetapi pada kenyataannya tentu kadang hal lain bisa timbul, seperti harus ke bengkel serta harus ganti ini itu dan banyak alasan lain lagi. Tapi tak apalah itulah hidup.

Seperti kata motivator, dimana ada kesulitan tentu disitu ada peluang. Perlambatan ekonomi ini tentu harus disikapi dengan kreatif, tidak pasif apalagi mengeluh terus menerus. Sebagai contoh menyikapinya adalah membawa bekal dari rumah untuk makan siang, sebagai teman tak lupa setermos kecil kopi racikan.

Dan tak lupa selalu mensyukuri apapun yang kita terima. Mungkin membijaki kenyataan tentu diperlukan dalam keadaan sekarang. Menyikapi bahwa apapun bentuk rezeki tetap disyukuri.

Lihat saja, ketika membawa bekal betapa mesranya saya dan istri menyiapkan. Saling membagi peran serta ajang mengajarkan pada anak bahwa abi dan umminya sangat peduli. Memperlihatkan bahwa abi dan umminya membuat masakan dengan rasa sayang, hingga nilai-nilai ini bisa terserap kedalam tingkah dan tuturnya terhadap abi dan umminya lagi. Dan tak kalah pentingnya, tentu lebih bersih dan sehat.

Bukankah seorang nakhoda handal tidak dilahirkan pada laut yang tenang. Sama dengan mengelola keluarga, cinta akan teruji dengan banyaknya kesulitan dan kekurangan.

Sudahlah, mari menikmati bekal yang dibuat dengan ketulusan istri untuk suami dan anak. Terasa sangat nikmat walaupun hanya sebaris lauk ditemani putihnya nasi. Terima kasih untuk yang Maha Kasih atas nikmat iman dan sehat dihari ini, hingga bisa menikmati sekotak rezekimu.