18 Juni 2012
Suhu
terasa dingin malam ini, ditambah perut keroncongan membuat tubuh tidak kuat menahan
rasa lapar. Saya lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tanpa piker
panjang kutancap gas motor mioku menuju Pujasera Malabar di Perumahan BSD
Bontang.
Tempat
ini sudah kukenal lebih dari 12 tahun. Setelah 20 menit sayapun tiba, dan
langsung meminta untuk dibuatkan pecel lele. “Pak pecel lelenya satu, makan
disini ya”. Sudah 3 malam saya ingin sekali menyantap pecel lele, kalau diingat
terakhir makan sudah ada 5 atau 6 bulan yang lalu, entah kenapa malam ini rasa
itu tak terbendung lagi untuk makan pecel lele.
Sayapun duduk dikursi yang
memanjang serta meja panjang berwarna biru. Sambil menunggu pecel lelenya
tersedia, Saya pun berteriak “pak,
teh hangatnya satu, jangan manis ya”.
Kulihat handphone yang kubawa, tak ada satupun pesan yang ada dilayarnya. Karena warung ini
terbuka, saya melihat seorang koki mengeluarkan ikan lele dari box jerigen 25 liter yang dipotong menjadi dua
bagian. Tiba-tiba suara Prokkk, lele yang saya lihat masih hidup sekarang sudah
tergeletak tidak bernyawa. Sang koki dengan sigap membersihkan isi perut serta
mencuci Tak selang berapa lama kudengar suara desingan minyak goreng, seolah
berteriak menyambut ikan lele yang masuk dalam penggorengan.
Teh
hangat yang saya pesanpun datang, lalu saya langsung meneguknya lalu mengatakan
pada pemilik warung, “makasih pak, gulanya pas”. Setelah menunggu 10 menitan,
pecel lelepun datang didepan saya, ikan lele sudah terlihat garing dan lezat,
tak lupa ditemani irisan ketimun, buah kol, sambal, daun kemangi serta 2
potongan tahu yang sudah digoreng. Tak lupa nasi panas dan kobokan untuk cuci
tangan.
Tanpa berlama-lama langsung kusantap, padahal ikan lele masih sangat panas, tetapi
karena ingat sunah Rasul bahwa dilarang untuk meniup makanan, maka kuurungkan
niat untuk meniup. Walaupun panas rasa gurih dan enaknya pecel lele sangat
begitu terasa dilidahku. Rasanya ingin teriak enak banget ini lele.
Tetapi
ketika asyiknya saya asik menyantap lele. Saya teringat ketika lele masih
hidup, beberapa menit yang lalu lele ini masih sangat gesit bergerak sekarang
sudah tidak bernyawa bahkan sudah menjadi santapan saya.
Sayapun
terperanjat, mungkin beginilah ketika kematian saya nanti tiba, hanya beberapa
detik saya sudah tak bernyawa dan membujur kaku. Masa yang indah dan sedih tinggal kenangan. Tak ada lagi
toleransi dari yang Kuasa yang diberikan ketika sudah membujur kaku tak
bernyawa.
Tetapi
ketika saya menikmati gurihnya lele ini, saya juga bersyukur alangkah baiknya
Allah SWT yang memberikan kenikmatan pada daging lele ini walaupun sudah mati,
tetapi meninggalkan rasa yang gurih dan lezat didagingnya. La.. saya kalau saya
mati apakah saya masih bisa menjadi “enak” dimata orang lain yang saya kenal.
Apakah saya “enak” juga menikmati kematian ketika bertemu dengan malaikat yang
akan menanyai saya.
Allah
SWT memang Maha Luas ilmunya untuk dipelajari dan direnungkan, bukankah setiap
yang diciptakan Allah Swt merupakan pelajaran bagi orang yang berfikir.
Semoga
kita termasuk golongan yang berfikir akan kekuasaan Allah SWT. Aminnn Ya Rab. (aw)
No comments:
Post a Comment