Sunday 17 June 2012

Pelajaran dari Sepiring Pecel Lele


18 Juni 2012
Suhu terasa dingin malam ini, ditambah perut keroncongan membuat tubuh tidak kuat menahan rasa lapar. Saya lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tanpa piker panjang kutancap gas motor mioku menuju Pujasera Malabar di Perumahan BSD Bontang.

Tempat ini sudah kukenal lebih dari 12 tahun. Setelah 20 menit sayapun tiba, dan langsung meminta untuk dibuatkan pecel lele. “Pak pecel lelenya satu, makan disini ya”. Sudah 3 malam saya ingin sekali menyantap pecel lele, kalau diingat terakhir makan sudah ada 5 atau 6 bulan yang lalu, entah kenapa malam ini rasa itu tak terbendung lagi untuk makan pecel lele.
Sayapun duduk dikursi yang memanjang serta meja panjang berwarna biru. Sambil menunggu pecel lelenya tersedia,  Saya pun berteriak “pak, teh hangatnya satu, jangan manis ya”.

Kulihat handphone yang kubawa, tak ada satupun pesan yang ada dilayarnya. Karena warung ini terbuka, saya melihat  seorang koki mengeluarkan ikan lele dari box jerigen 25 liter yang dipotong menjadi dua bagian. Tiba-tiba suara Prokkk, lele yang saya lihat masih hidup sekarang sudah tergeletak tidak bernyawa. Sang koki dengan sigap membersihkan isi perut serta mencuci Tak selang berapa lama kudengar suara desingan minyak goreng, seolah berteriak menyambut ikan lele yang masuk dalam penggorengan.

Teh hangat yang saya pesanpun datang, lalu saya langsung meneguknya lalu mengatakan pada pemilik warung, “makasih pak, gulanya pas”. Setelah menunggu 10 menitan, pecel lelepun datang didepan saya, ikan lele sudah terlihat garing dan lezat, tak lupa ditemani irisan ketimun, buah kol, sambal, daun kemangi serta 2 potongan tahu yang sudah digoreng. Tak lupa nasi panas dan kobokan untuk cuci tangan.

Tanpa berlama-lama langsung kusantap, padahal ikan lele masih sangat panas, tetapi karena ingat sunah Rasul bahwa dilarang untuk meniup makanan, maka kuurungkan niat untuk meniup. Walaupun panas rasa gurih dan enaknya pecel lele sangat begitu terasa dilidahku. Rasanya ingin teriak enak banget ini lele.

Tetapi ketika asyiknya saya asik menyantap lele. Saya teringat ketika lele masih hidup, beberapa menit yang lalu lele ini masih sangat gesit bergerak sekarang sudah tidak bernyawa bahkan sudah menjadi santapan saya.
Sayapun terperanjat, mungkin beginilah ketika kematian saya nanti tiba, hanya beberapa detik saya sudah tak bernyawa dan membujur kaku.  Masa yang indah dan sedih tinggal kenangan. Tak ada lagi toleransi dari yang Kuasa yang diberikan ketika sudah membujur kaku tak bernyawa.

Tetapi ketika saya menikmati gurihnya lele ini, saya juga bersyukur alangkah baiknya Allah SWT yang memberikan kenikmatan pada daging lele ini walaupun sudah mati, tetapi meninggalkan rasa yang gurih dan lezat didagingnya. La.. saya kalau saya mati apakah saya masih bisa menjadi “enak” dimata orang lain yang saya kenal. Apakah saya “enak” juga menikmati kematian ketika bertemu dengan malaikat yang akan menanyai saya.
Allah SWT memang Maha Luas ilmunya untuk dipelajari dan direnungkan, bukankah setiap yang diciptakan Allah Swt merupakan pelajaran bagi orang yang berfikir.
Semoga kita termasuk golongan yang berfikir akan kekuasaan Allah SWT. Aminnn Ya Rab. (aw)

No comments: