|
Bocah Bali #awangfoto |
Tepat seminggu sebelum kecelakaan Pesawat Lion Air kami pulang dari Bali. Saya dan Istri juga mengendarai Pesawat Lion Air ketika ke Bali, tetapi transit dahulu di Surabaya dan melanjutkan dengan pesawat Wings Air yang ukurannya lebih kecil untuk sampai di Bandara Ngurah Rai.
Perjalanan kali ini bisa dibilang bulan madu, sedikit jalan-jalan dan liburan. Wisata ke pulau
bali rasanya hampir diinginkan semua orang. Nuansa alam yang dinamis dengan
budaya membuat pengalaman berbeda. Sayapun demikian, kunjungan kali kedua membuat
rasa takjub akan budaya dan alamnya tak habis-habis.
Seperti kita
ketahui bersama bali memiliki mayoritas penganut hindu. Sehingga segala gerak dan
nafasnya mencerminkan budaya hindu. Mulai dari ritual sembahnyang yang
dilakukan sehari-hari. Sampai ritual-ritual keagamaan yang besar sangat kental
terasa.
Hampir setiap
rumah selalu saja ada sajen. Didepan rumah, kendaraan, pohon dan lainnya. Sajen
berisi panganan kecil, bunga-bungaan dan dupa yang mengepul. Aroma membisikkan
nuansa magis pulau dewata.
Kami bertolak
dari Balikpapan. Terlebih dahulu transit di Surabaya lalu dilanjutkan
menggunakan pesawat berukuran lebih kecil ke Denpasar. Bandara Ngurah Rai saat
ini sedang dalam proses pembangunan. Nuansa modern terlihat sekali, atap yang
terbuat dari kerangka-kerangka baja berbetnuk lengkungan. Saya liat seperti
gulungan ombak. Kabarnya pengerjaan bandara dikebut karena di Bali akan
dilangsungkan helatan akbar, yaitu pemilihan Mis Universe.
Mengamati arsitektur
bali yang begitu kental dengan nuansa hindu. Saya jadi teringat beberapa patung
peninggalan kerjaan kutai yang mirip sekali dengan patung yang berada di Bali. Seperti
kita ketahui sejak masih di bangku sekolah dasar bahwa kerajaan hindu pertama
di Nusantara adalah Kerajaan Kutai. Yang berdiri sejak abad ke 4 masehi.
Yang menarik
dikerjaan Kutai, masih terdapat peninggalan hindu sampai sekarang. Walaupun kerajaan
ini telah berganti dengan kerajaan islam berbentuk kesultanan. Jika dilihat
lebih seksama nuansa hindu ini masih tetap dipertahankan sampai sekarang.
|
Makan Malam di Jimbaran |
Akulturasi budaya
dan agama memang tidak dapat dipisahkan dari keislaman di Indonesia. Ini tentu
menambah ke khasan ke Islaman nusantara.
Kunjungan kami
tepat pada saat peringatan hari kuningan. Sehingga pura-pura dipenuhi sesak
umat hindu yang beribadah. Sajen membumbung. Janur menghias ditiap altar. Kepulan
dupa mengangkasa. Alunan doa mengiring asap yang membumbung.
Di Bali saya sempat
mengunjungi beberapa tempat bersama istri. Saya akan menuliskan pengalaman terkait
tempat yang saya kunjungi.
Tari Kecak di Uluwatu
|
Adegan Hanoman dalam Tari Kecak |
Didaerah Pura
Uluwatu yang dianggap sebagai tempat yang sakral bagi umat hindu. Terletak di
sebelah selatan pulau bali. Lokasinya berada tepat dipinggir tebing, memukau
setiap mata yang memandang. Kita dapat melihat laut Hindia dari bibir tebing.
Pertunjukan tari
kecak dimulai ketika matahari mulai tenggelam. Sehingga langit jingga begitu
indah menghias pertunjukan. Penonton begitu antusias menunggu pertunjukan. Semua
tempat duduk terisi penuh. bahkan sampai membawa kursi tambahan.
Tari kecak mengangkat
tema kisah Rama dan Shinta. Tari yang menceritakan Shinta diculik oleh Rahwana
dengan tipu muslihat. Dengan bantuan hanoman akhirnya Rama dapat mengambil
kembali Shinta dari tangan Rahwana.
Seni pertunjukan
memang dipertontokan. Musik yang diiringi dengan bunyi-bunyian dari mulut para
penari kecak menambah kemistikan tarian ini.
Pertunjukan yang
paling menarik ketika Hanoman berada dalam bara api. Sebelumnya terlihat
seorang lelaki tua membacakan mantra agar pemeran hanoman tidak kepanasan
ketika dalam bara api.
Pertunjukan yang
sungguh menarik untuk disaksikan. Tiket menyaksikan pertunjukan sebesar Rp. 70.000,-.
Ketika berkunjung ke Bali jangan lupa menyaksikan pertunjukan ini.
Sunrice di Kuta
|
Sunrice Kuta |
Pantai Kuta
sudah begitu dikenal keindahan pantainya. Pasir putih membentang puluhan
kilometer. Ombak yang menghempas pantai tiada henti. Siapapun menarik untuk
menikmatinya. Entah itu hanya sekedar duduk ataupun berenang.
Tempat kami
menginap berada tepat di Pantai Kuta. Kesempatan ini tak saya lewatkan dengan
menunggu mentari muncul diufuk timur. Jingga memerah memantul dilautan luas. Warnanya
begitu mempesona. Matahari buat layaknya kuning telur, memancar.
Tak lupa
kuabadikan dalam bidikan kamera. Beberapa pasangan juga kulihat sudah
menunggunya di gazebo yang ada ditepi pantai. Yang membuat bertambah indah,
pemandangan gunung disebelah matahari terbit telihat jelas diantara kabut. Goresan
gunung seolah lukisan maha karya abadi.
Pasir, laut dan
sinaran pagi adalah penyemangat menyambut hari dan berpetualang menyusuri Bali.
Mongkey Forest
|
Hutan Monyet di Bali |
Saya tidak tau
persis apakah monkey forest yang berada di Ubud ini adalah lokasi syuting video
klip Judika atau tidak. Karena diadegan video tersebut ada seting lokasi monkey
forest.
Tempatnya sejuk sekali,
ribuan monyet menyebar diantara dahan pohon. Banyak juga yang asyik bermain diantara
bebatuan jalan. Rimbunan pohon tua hampir menutupi celah cahaya matahari.
Udara yang
lembab membuat tempat ini patut dikunjungi jika siang hari. Jika ingin memberi
makan monyet dapat membeli makanan disamping loket tiket masuk.
Agar selalu
waspada dengan barang bawaan karena bisa saja monyet tertarik akan bentuk dan
warnanya.
Berbelanja di Krisna & Joger
Rasanya tak
lengkap jika tak membawa oleh-oleh jika pergi berlibur. Dua tempat yang saya
kunjungi kemaren adalah pusat oleh-oleh Krisna & Joger. Dua tempat ini saya
lihat adalah tempat favorit orang membeli buah tangan.
Krisna ada
dibeberapa tempat (saya tidak tau persisnya), disini segala macam cinderamata
ada dijual. Mulai dari gelang, baju, makanan khas, lukisan sampe daster juga
ada. Kemaren saya dan istri malah membeli gerabah Teh Poci buatan Gunung Slamet
yang asli (hehehe). Untuk harga lumayan terjangkau. Kata sopir yang membawa
kami kesini, harganya bersaing dengan Pasar Sukowati.
|
warna-warni kain Bali |
Pada kunjungan
pertama ke Bali saya berbelanja di Pasar Sukowati. Saya sedikit memaksa supir
untuk mengajak saya kembali kesana. Setiba didepan pasar ternyata pasar tutup. Saya
baru ingat jika hari ini tepat peringatan Hari Kuningan. Menurut supir kami,
pasar sukowati sekarang sudah sepi karena kalah dengan pusat oleh-oleh seperti
Krisna. Miris juga mendengarnya, pengalaman sewaktu berbelanja di Sukowati dulu
memang pedagang sedikit memaksa jika menjual barang. Mungkin inilah membuat
para wisatawan tidak nyaman berbelanja. Selain itu suhu udara yang cukup panas,
tetapi di Sukowati yang membuat saya rindu ada transaksi tawar menawar.
Tak sreg jika tak berkunjung ke Joger bukan.
Joger begitu terkenal ditelinga turis domestik. Seolah tak lengkap jika tak
membeli kaos joger. Pabrik kata-kata adalah moto Joger. Toko joger yang saya
kunjungi berada disekitaran Kuta.
Pengunjungnya
bejibun jumlahnya. Toko joger sangat kecil menurut saya, sehingga didalam
seperti ikan asin yang bertumpuk-tumpuk. Orang seperti kerasukan memilih baju. Antrian
kasir selalu panjang, membuat saya tak betah berlama-lama di dalam Joger. Saran
saya buat joger buatlah yang lebih besar biar nyaman belanjanya.
Jadi sebelum
masuk joger, siap-siaplah dengan kondisinya, agar nanti tidak menggerutu ketika
didalam.. hehehehe...
masih banyak tempat yang rasanya belum disinggahi... next time i will be come...