Netizen dibuat
heboh oleh insiden jatuhnya marquez pada seri balapan MotoGP di Sepang
Malaysia. Para fans kedua belah pihak saling tuding menuding. Video, meme dan
komentar tak hentinya disuarakan lewat media social.
Sayapun tergerak
untuk turut dalam berkomentar dalam media sosial. Beberapa kawanpun menyerang
karena saya dianggap membela marques dan Lorenzo. Sungguh sangat menarik ketika
semuanya terpancing dan tersulut akan drama ini. Semuanya menjadi “analis
dadakan” yang mungkin mengalahkan otoritas yang berwenang memberikan komentar.
Ya itulah media sosial memang, semua orang bisa berkata apapun sesukanya.
Saya sempat
menulis di wall facebook saya “fanatisme buta.” Ketika kita mengidolakan
seseorang apapun yang dilakukan orang itu semua dianggap benar dan sah-sah
saja. Dan ini yang menimpa hampir semua yang mengidolakan. Tak ada ampun bagi
yang tidak suka, habis semuanya dibully.
Jika kita
melihat fanatisme sepakbola, jadi tak salah jika fanatisme ini yang terjangkiti
kita semua. Tidak mau pandang bulu, jika salah, apapun dilakukan mencari
pembenaran. Sungguh ironis memang.
Saya mengambil
jalur berbeda pada kasus Rosi dan Marquez ini, bagi saya inilah entertainment dan Bisnis. Inilah
tontonan yang bukan sekedar ditonton, tetapi memberikan hubungan emosional
kepada para pembalap yang notabene tidak kenal, tidak penah bertemu bahkan
tidak punya hubungan apapun. Hehehe…
Bagi saya
marquez dan Rosi telah memberikan sentuhan yang sangat luar biasa dalam perseteruan
dalam dunia balap. Persaingan yang melahirkan drama yang patut untuk diikuti
cerita selanjutnya. Cerita yang kita tunggu-tunggu akhir ceritanya. MotoGP
memang bukan hanya sekedar balapan didalam sirkuit, tetapi bumbunya yang
membuatnya laku di jual. Marquez layak diancungi jempol.
MotoGP dan Valentino Rosi adalah dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan dalam beberapa dekade ini. Jika dibandingkan Formula
1, rasanya tidak salah jika MotoGP lebih laku dijual di Indonesia. Hampir semua
masyarakat dari segi lapisan apa saja yang mengenal Valentino Rosi dan MotoGP.
Marquez saat ini
sebagai “anak alay” yang mengambil peran dalam drama di MotoGP. Tak
tanggung-tanggung, dia melawan legenda MotoGP yang juga merupakan idolanya. Dia
membuat perang di sirkuit balap maupun diluar. Tudingan bahwa bersekongkol
dengan kawan senegaranyapun dialamatkan kepadanya.
Mengenai sangsi
yang diberikan kepada The Doctor,
saya sepakat bahwa apapun bentuk yang dilakukan diluar aturan patutlah
diberikan ganjaran. Bukan melihat fanatisme buta pastinya. Ketika bersalah
tidak banyak berani fans Valentino Rosi yang mengakui bahwa idolanya salah.
Saya mengacungi jempol jika ada yang mengakuinya.
Ingat inilah
jualan MotoGP yang sangat laris, sehingga marilah menikmati drama ini. Tidak
usah ber”kelahi” dimedia sosial. Semua harus sadar jangan mudah terjangkiti
virus “fanatisme buta” yang menutupi akal sehat kita, sehingga kita menjadi
“kesurupan” ketika membela dan menjadi hakim ketika menjatuhkan vonis. Kita
ikuti saja alur ceritanya ditemani segelas kopi hangat ditambah pisang goreng
keju. Keep Calm aja bro.