Tuesday, 3 November 2015

Menakar Fanatisme Buta “Rosi Vs Marquez”

Netizen dibuat heboh oleh insiden jatuhnya marquez pada seri balapan MotoGP di Sepang Malaysia. Para fans kedua belah pihak saling tuding menuding. Video, meme dan komentar tak hentinya disuarakan lewat media social.

Sayapun tergerak untuk turut dalam berkomentar dalam media sosial. Beberapa kawanpun menyerang karena saya dianggap membela marques dan Lorenzo. Sungguh sangat menarik ketika semuanya terpancing dan tersulut akan drama ini. Semuanya menjadi “analis dadakan” yang mungkin mengalahkan otoritas yang berwenang memberikan komentar. Ya itulah media sosial memang, semua orang bisa berkata apapun sesukanya.

Saya sempat menulis di wall facebook saya “fanatisme buta.” Ketika kita mengidolakan seseorang apapun yang dilakukan orang itu semua dianggap benar dan sah-sah saja. Dan ini yang menimpa hampir semua yang mengidolakan. Tak ada ampun bagi yang tidak suka, habis semuanya dibully.
Jika kita melihat fanatisme sepakbola, jadi tak salah jika fanatisme ini yang terjangkiti kita semua. Tidak mau pandang bulu, jika salah, apapun dilakukan mencari pembenaran. Sungguh ironis memang.

Saya mengambil jalur berbeda pada kasus Rosi dan Marquez ini, bagi saya inilah entertainment dan Bisnis. Inilah tontonan yang bukan sekedar ditonton, tetapi memberikan hubungan emosional kepada para pembalap yang notabene tidak kenal, tidak penah bertemu bahkan tidak punya hubungan apapun. Hehehe…

Bagi saya marquez dan Rosi telah memberikan sentuhan yang sangat luar biasa dalam perseteruan dalam dunia balap. Persaingan yang melahirkan drama yang patut untuk diikuti cerita selanjutnya. Cerita yang kita tunggu-tunggu akhir ceritanya. MotoGP memang bukan hanya sekedar balapan didalam sirkuit, tetapi bumbunya yang membuatnya laku di jual. Marquez layak diancungi jempol.

MotoGP  dan Valentino Rosi adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan dalam beberapa dekade ini. Jika dibandingkan Formula 1, rasanya tidak salah jika MotoGP lebih laku dijual di Indonesia. Hampir semua masyarakat dari segi lapisan apa saja yang mengenal Valentino Rosi dan MotoGP.

Marquez saat ini sebagai “anak alay” yang mengambil peran dalam drama di MotoGP. Tak tanggung-tanggung, dia melawan legenda MotoGP yang juga merupakan idolanya. Dia membuat perang di sirkuit balap maupun diluar. Tudingan bahwa bersekongkol dengan kawan senegaranyapun dialamatkan kepadanya.

Mengenai sangsi yang diberikan kepada The Doctor, saya sepakat bahwa apapun bentuk yang dilakukan diluar aturan patutlah diberikan ganjaran. Bukan melihat fanatisme buta pastinya. Ketika bersalah tidak banyak berani fans Valentino Rosi yang mengakui bahwa idolanya salah. Saya mengacungi jempol jika ada yang mengakuinya.

Ingat inilah jualan MotoGP yang sangat laris, sehingga marilah menikmati drama ini. Tidak usah ber”kelahi” dimedia sosial. Semua harus sadar jangan mudah terjangkiti virus “fanatisme buta” yang menutupi akal sehat kita, sehingga kita menjadi “kesurupan” ketika membela dan menjadi hakim ketika menjatuhkan vonis. Kita ikuti saja alur ceritanya ditemani segelas kopi hangat ditambah pisang goreng keju. Keep Calm aja bro.


No comments: