Tak ada Bontang
hari ini untukku, yang ada hanya asrama berlantai 3. Yang ada hanya lorong
panjang, yang kulewati setiap pagi dan sore, disampingnya berbaris tanaman
hijau. Atau aroma pagi yang semerbak, embunnya tercium hingga ke sukmaku. Tak ada
Bontang hari ini.
Pagi itu terasa
berbeda, tidak seperti hari-hari yang kulewati dalam rutinitas bekerja. Atau kumpulan
waktu yang kuarungi dalam penatnya pekerjaan yang bertubi-tubi menghantam. Kerutinan
yang kian rutin diantara setumpuk kekosongan yang ada. Yang pasti bukan cuma
saya merasa, saya yakin dirimu juga.
Tak ada yang
salah dengan apapun yang terjadi. Dia hanyalah pusaran waktu yang menemukanku
dengan dirimu. Sumbunya terus saja berputar melewati masa. Momentum dimana
takdirku dan takdirmu bertemu di asrama berlantai 3. Jika engkau tau ada 240
juta rakyat Indonesia, yang semua berbeda dan punya cerita hidup. Tetapi,
mengapa kita bertemu di asrama 3 lantai.
Hari ini saya
akan bercerita tentang semangat mudamu yang ikut membakarku. Auranya begitu
dahsyat hingga mengoyak dinding-dinding kebosanan dalam rutinitas pekerjaan
kita. Semangat yang mendobraknya seolah membuka ruang baru dalam pikiran dan
jiwaku.
Jika engkau tau,
kekosongan yang tiap hari kita lalui membuat dimensi yang menumpulkan perasaan
kita. Ketumpulan yang rasanya tidak ada lagi hikmah dalam bekerja.
Tetapi bertemu
denganmu, ada rasa, tawa dan cinta yang baru kutemukan. Rasa jatuh cinta untuk
kesekian kalinya. Perasaan yang deras memompa darahku hingga membakar
semangatku untuk bekerja. Kutemukan sebait filosopi hidup di asrama 3 lantai.
Biarlah aku
mengenangmu di asrama 3 lantai. Tak usah kau usik kenangan ini dengan cemoohan
yang rasanya tak ingin kudengar. Satu, dua atau tiga bulan lagi engkaupun akan
lupa dengan apa yang terjadi di gedung itu.
Semua orang
dapat membeli jam untuk melihat waktu semahal apapun, tetapi kita tak dapat
membeli kenangan semurah apapun.
Biarlah
kutitipkan sekecing hatiku untuk kau simpan didalam labirin kenanganmu. Tak apa
kau lupa. Biarkan saja dia tersesat dan tak bisa keluar. Tak apa… toh itu saja
yang kupinta.
Jika kau bertemu
diriku dilain waktu, tegur sapapun darimu tak pernah kuharap. Karena sekeping
hatiku telah ada dalam kenanganmu.
Bontang, Jumat
12.47.
No comments:
Post a Comment