Wednesday 7 November 2012

Manisnya bertanam bakau


Jalan yang becek, tak menyurutkan langkah  fasilitator pendamping PNPM Peduli, menuju ke Teluk Kadere. Kampung kecil yang hanya dihuni tidak lebih dari 40 Kepala Keluarga (KK) di Kota Bontang. Kampung ini sangat sederhana sekali, rumah rata-rata terbuat dari papan dan beratapkan seng. Penduduk rata-rata bermata pencarian nelayan dan petani. Mata pencarian berupa mencari teripang dan tude, bertani hanya sebagian kecil karena beberapa waktu lalu tanaman singkong diserang hama babi. Padahal Singkong merupakan salah satu makanan pokok pengganti beras, ketika tak sanggup membeli beras.
Hari ini saya menemui ketua kelompok Attirara. Baharia, ibu muda yang sudah memiliki empat orang anak ini adalah sosok yang periang dan jenaka. Kami bermaksud membeli bibit bakau untuk Rehabilitasi Mangrove, yang dilakukan PT.Pupuk Kaltim.  Perasaan gembira dapat saya baca dari wajahnya. Menurutnya “Saya sering bertanya, kapan polo  ada yang membeli.” Polo adalah sebutan bahasa daerah bakau atau mangrove dalam bahasa mamuju. Dia bercerita bahwa kadang perasaan was-was ketika melihat bibit bakau, sudah tumbuh besar tetapi belum ada yang membeli.
Sayapun beranjak melihat Pondok pembibitan bakau yang mereka buat. Ukuran bangunannya hanya 3 m x 8 m. Ada sekitar 4.000 bibit dari jenis Rhizhopora sp yang siap tanam. Bibit yang ditanam sejak delapan bulan, yang lalu ini sudah mempunyai 6 helai daun. Bibit yang berjajar rapi dan warna hijau, membuat mata menjadi teduh ketika melihat pembibitan ini.
Balla pun merasakan hal yang sama. Janda 55 tahun ini gembira tak terbendung. Dia langsung mengatakan “ayo, kita menanam polo lagi.” Dia berkata  dahulu tak percaya kalau polo ada yang membeli, apalagi jumlahnya sangat banyak.
Bibit bakau dihargai seribu rupiah perbibit. Sehingga dari hasil pembibitan bakau kelompok mengantongi uang empat juta rupiah. Angka yang dianggap besar bagi kelompok attirara.
Setali tiga uang dengan Kelompok Bunga Laut yang berada di Salantuko. Kampung ini berada dekat dengan Teluk Kadere, jaraknya hanya 1 km. Penduduknya rata-rata bermata pencarian sebagai nelayan, baik budidaya rumput laut maupun mencari teripang.
Bibit yang dibeli di sini sebanyak dua belas ribu bibit, angka yang sangat fantastis. Sumaria selaku ketua kelompok, mengatakan “Saya senang sekali, polo kami sudah terjual. Sekarang anggota semakin yakin dalam usaha ini.” Dia mengatakan anggota kelompok juga tidak sabar lagi melakukan pembibitan, karena sudah ada pesanan dari PT.Badak sebanyak seribu bibit. Walaupun demplot pembibitan bakau yang hanya berada di bawah pohon bakau, tak membuat kelompok ini berkecil hati. Dari hasil penjualan bakau, kelompok mengantongi dua belas juta rupiah.
Kedua kelompok ini sudah merasakan manisnya menanam bakau. Selain memberikan sedikit rupiah agar asap dapur mengepul. Kegiatan pembibitan bakau juga mengajarkan kepada masyarakat untuk dapat menjaga bakau disekitar mereka. Bakau yang terjaga, memberikan bibit untuk mereka tanam agar kegiatan usaha bibit bakau tetap berjalan. (NIA)

1 comment:

Tecto Laziale said...

selamat buat para mangrover!..
keep spirit!!!