Sunday, 13 January 2013

Teguran di Hari Jumat


Pagi yang indah memulai aktivitas. Kubangun semangat yang sudah mulai, cerai berai dari senin sampai kamis. Semangat sudah terseok diantara ranting-ranting runinitas. Hanya semangat berlibur yang kuingat. Libur hampir tiba untuk bermalas ria diatas kasur yang empuk. Suhu AC yang dingin dan suara musik yang mengiring kemalasan.

Hari ini Jumat, hari yang begitu agung menurut Sunah Rosulullah. Hari dimana hari ini kejadian-kejadian besar terjadi, termasuk hari kiamat. InsyAllah dihari Jumat.  Hari dimana, terdapat kemuliaan. Jika tak percaya hari ini mulia, cobalah tengok jika hari ini kaum laki-laki berbondong-bondong ke masjid, Hari dimana banyak orang bersedekah dan hari dimana banyak orang berdoa dengan khusuk.

Masjid tumpah ruah, meluber hingga teras. Sandal berwarna –warni aneka bentuk. Suara air mengalir terdengar keras dari area wudhu. Motor dan mobil parkir berjejer hingga menutupi pinggir jalan.
Wajah-wajah khusuk saat sholat sunah bisa begitu dilihat. Orang pada menutup mata, mencoba meresapi tiap bacaan yang dilapazkannya. Dengan mulut komat-kamit. inilah bukti hari yang agung.

Siang ini, saya duduk dibarisan ketiga shaf sholat jumat. Karpet hijau berhampar begitu rapi, dengan bau yang menyejukkan hati. Para makmum duduk dengan khususknya. Warna-warni baju dan peci mengias masjid. Aroma farfum menusuk hidung dan bercampuk mengaduk ruangan. Aku duduk bersila dan diam sambil menunggu Khotbah. Seorang khatib berdiri tegak didepan, bagai karang yang menjulang tinggi dengan tongkat kayu ditangan kanan. Sorban putih menghias bahunya. Peci hitam membalut kepala dengan menampakkan uban yang sudah memutih. 

“Setiap detakan jantung kita harus ada syukur didalamnya.” Begitu mungkin sari pati yang dapat aku petik hikmahnya. Saat ini banyak sekali orang yang tidak bersyukur atas nikmat. Orang hanya mengukur nikmat dari segi materi. Harta, uang, tanah dan tabungan menjadi ukuran. Padahal, jauh dari pada itu nikmat sesungguhnya iman dan kesehatan.

Telah banyak manusia, yang mempertuhankan hartanya. Berhala yang dahulu hanya patung membisu, kini gadget, mobil, perhiasaan, hobi, life style, anak dan lainnya. Sibuk mengurus harta dan lupa kepada dunia. Takut miskin di dunia tetapi tidak takut papa di akhirat. Takut anaknya tidak bisa hidup didunia, tetapi tidak takut anaknya diakhirat akan menderita.

Selalu menangis mendengar nyanyian melow, tetapi biasa saja mendengar lantunan Ayat suci Al-quran. Ada apa... ? Apa mungkin itu tanda matinya hati.

 Teguran keras untukku dihari jumat. Teguran yang selalu berulang ditelinga untuk mengingatkan. Teguran yang manis tapi mengena. Teguran yang kadang kita lupa untuk mengingatnya, atau bahkan melupakannya.
Terima kasih atas hari Jumat ya Allah Swt, hari untuk mengoreksi diri yang lupa dan khilaf. Menilai diri yang lebih banyak cinta kepada dunia dan materi.

3 comments:

Sayi said...

terperangkap dalam kehidupan duniawi yang kadang menyesatkan...begitulah manusia, termasuk aku...

kurniawan said...

ya.. maka perlu asupan nurahi agar selalu kembali ke jalan yang benar.. semoga kita selalu bisa mengingatkan...

Kstiawan® said...

soal hari kiamat, hanya Allah yang tahu kapan dan hari apa kiamat itu terjadi.

terimakasih kawan sudah berbagi..