Untuk Istriku....
Awan pagi ini
mendung suram, badai bertiup tiada henti. Alunan lagu rindu terbawa angin. Daun-daun
ribut bergesekan, seolah memainkan nyanyain alam. Tidurku tak lelap malam ini. Sudah
7 hari berlalu ulang tahun pernikahan kita. Tak ada yang spesial ditahun ini,
hanya kehadiran El saja yang membuat kita semakin bahagia. Saya tak bisa
memberikan kado apapun kepadamu. Hanya doa saja terlantun ditiap sujud dan
ucapan syukur tak henti kulafazkan.
20 Februari 2010 kita mengikat janji, untuk
bersama selamanya. Engkau begitu
anggun kala itu, dengan balutan busana bugis berwarna hijau, dihiasi
tusuk-tusuk konde keemasan. Senyummu merekah seperti bunga catelya. Matamu meneduhkan
bahkan melarutkan aku didalam lautan cinta. Tak lepas pandanganku ketika
menatap wajah ayumu, jantung tak menentu berdenyut, seolah memompa darah ribuan
galon.
Kunikahi engkau
dihari itu, dengan menyebut Asma Allah SWT dan RasulNYA Muhammad SAW. Hilang sudah
keharaman ketika menyentuhmu, bahkan berpahala jika aku membelaimu. Sungguh aku
sangat mencintaimu istriku...
Tiga tahun
berlalu, tak tampak engkau berubah. Kecantikanmu dan keluguanmu selalu saja
menghiasi hari-hari kita. Engkau begitu sulit untuk diterka, tetapi aku selalu
mencoba untuk mencari jawabnya diantara matamu.
Pagi ini, kecupan
mesra dikening, mata dan bibirmu sebagai tanda syukurku atas cintamu kepadaku. Cinta
yang disusun dengan bata rindu, serta dieratkan dengan semen cinta. Kuharap ditahun
ketiga kebersamaan kita, hanya rindu yang mengisi ketika kita jauh dan hanya
cinta yang kurasa ketika kita dekat.
“Jika jarak rindu bisa terukur
Sudah pasti aku tak sanggup mengukurnya”
“Jika cinta bisa ditakar
Sudah pasti aku tak dapat menakarnya”
Ijinkan aku
mencintaimu dengan namaNYA.. agar ketika suatu saat kita berpisah, maka akan
dipertemukan dalam namaNYA...