Wednesday 13 March 2013

Jembatan "Setan" menjadi Jembatan Malaikat


Saya lihat dua ibu-ibu dari Loktunggul saling melirik dan ada sesuatu yang disembunyikan lewat senyum misterius mereka. Saya lalu bertanya “Ada apa bu, Kok senyum-senyum ?.” Ibu tadi lalu menjawab “Ngak, kami berdua hanya senyum liat orang jualan, kemarin ada jual lemari sampai kesini. Hari ini apalagi.” Timpal ibu satunya “Dahulu jangankan berharap, membayangkan saja tidak pernah kalau kampung kami akan seperti ini.”

Sudah dua bulan jembatan yang menghubungkan dua kampung; yaitu Teluk Kadere dan Salantuko sudah dapat digunakan masyarakat. Jika mengingat 5 bulan yang lalu, jembatan masih menggunakan potongan kayu bakau yang disambung dan dipaku. Selama masih menggunakan kayu bakau, jembatan ini berfungsi sebagai jembatan bagi anak yang bersekolah.

Sulitnya akses menuju kampung Salantuko dan Loktunggul yang hanya bisa dijangkau lewat laut. Membuat masyarakat berinisiatif untuk membuat jembatan seadanya. Para fasilitator PNPM Peduli menyebutnya “Jembatan Setan.”  Nama tersebut pantas diberikan karena setiap kali melewati, tubuh kita bergoyang akibat dari lenturnya kayu bakau yang digunakan sebagai injakan. Sehingga banyak yang melewatinya teriak histeris, takut terjatuh.

Jika tak ada jembatan, ketika air pasang datang. Anak-anak harus melepas baju seragam, sepatu, tas dan menentengnya diatas kepala. Pemandangan yang sungguh menyedihkan di Kota Bontang yang mempunyai APBD yang cukup besar di wilayah Kaltim. Tetapi sekarang, pemandangan itu sudah berubah drastis. Jembatan saat ini terbuat dari ulin dengan panjang  120 meter dan lebar 2,5 meter.
  
Kesulitan menuju sekolahpun sudah tidak dirasakan jika harus melewati pohon mangrove. Sepeda pelajarpun sudah tidak digendong lagi ketika harus melewati jembatan.

Yang membuat ibu-ibu Salantuko dan Loktunggul tertawa geli adalah setiap hari selalu saja ada penjual yang sampai keujung kampung untuk menjajakan dagangannya. Mulai dari pedagang lemari, ember, pentol, es sampai sayur dan ikan. Dahulu pemandangan seperti ini tidak pernah terbayangkan oleh masyarakat.

Yang tak kalah menggembirakannya setiap sabtu minggu. Banyak turis lokal berwisata ke Loktunggul dan Salantuko untuk memancing atau sekedar jalan-jalan. Lalu lalang kendaraan bermotor sudah jadi pemandangan biasa ketika jembatan sudah berfungsi.

Sungguh perubahan sosial banyak terjadi ketika akses sudah terbuka. Masyarakat kedua kampung sudah tak merasa terisolir dari pusat pemerintahan. Saat ini dikampung sudah mulai banyak keluarga yang memiliki sepeda motor yang mereka gunakan sebagai transportasi menuju kota. Sehingga akses pelayanan publik berupa kesehatan dasar dapat dijangkau. apabila ada masyarakat yang sakit dapat segera berobat di Puskesmas Bontang Lestari,

Semoga dengan terbukanya akses. Kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masyarakat menjadi meningkat.

No comments: