Friday, 28 June 2013

Pramuka Pramuka Fooyyaaa

Si Ading dan Saya 10 tahun yang lalu.

Bolehlah saya meminjam selebrasi Fatin menjadi juara X faktor dengan kata-kata Foyaa. Gambaran ini juga terasa di Pramuka. Gerakan yang saat ini sedang naik daun dan dilirik kembali. Gerakan yang sudah lama tertidur dan “dianggap” sebelah mata. Gerakan yang “katanya” hanya bisa bernyanyi dan tepuk tangan.  

Sudah lama nian si ading tidak pernah mengenakan seragam Pramukanya lagi. Pagi hari terdengar panggilan dari adik pramuka. “Kak, nanti datang latihan ya di Pangkalan Kudungga.” Begitu kira-kira pesan yang kutangkap dari ceritanya. Usut punya usut ternyata akan ada Pelantikan jajaran pengurus Ambalan Kudungga. SI ading salah satu pengurusnya yang akan dilantik sore itu.

Si Ading berasal dari Ambalan Kudungga. Salah satu pangkalan Pramuka yang pertama dan cukup tua di Bontang. Umurnya kira-kira seusia saya, mulai ada sejak tahun 1984. Perjalanannya ambalan ini pasang surut, mulai dari membangun, membina hingga saat ini mempertahankan keeksistensian pramuka. Jadi, para perintis Pramuka di Kota Bontang semua berawal dari Ambalan ini. Sehingga cukup banyak Pramuka Ambalan Kudungga yang menjabat posisi penting di Jajaran Kwartir Cabang Kota Bontang.

Jika ingat sewaktu saya masih penggalang, Ambalan kudungga cukup diperhitungkan dan disegani ketika ada even ranting maupun cabang.  Sekarang saya malah menikahi salah satu anggotanya (hehehe).

Kurikulum 2013 melihat Pramuka sebagai “penjahit” bagi semua metode yang diajarkan. Pramuka menurut Menteri Pendidikan Bapak Muhammad Nuh mengajarkan banyak hal, mulai dari kemandirian, kebangsaan hingga kedisplinan. Padahal saya sebagai anggota pramuka sudah jauh-jauh hari menyadarinya. La kok para pendidik sekarang baru menyadarinya.

Saya lanjutkan cerita tentang Si Ading. Mulailah dia bertanya dimana kira-kira seragamnya itu berada. Pastilah dilemari. Dibukanya lemari, seragam itu berada diantara tumpukan baju-baju yang sudah lama tidak dijamah. “Masih baru kan.” Katanya, “Ini baju terakhir dipakai waktu ke Raimuna di Jogja.” Saya jawab “Wah itukan 10 tahun yang lalu.”

Ina, Albar, Awang, lupa, Nanang
Saya sih hanya cengar-cengir sekarang. Seragam saya sudah entah kemana. Sudah tak tahu kabarnya dan sudah diikhlaskan. dahulu punya dua pasang seragam. Saya tak ingat siapa yang pinjam dan tak pernah kembali sampai saat ini. Tak apalah mungkin yang minjem lebih butuh dari saya. Itung-itung sedekah seragam.

Lama memang sudah tak memakai seragam kebanggan ini katanya. Sejak pulang dari Raimuana tahun 2003 di Jogja. Si ading jarang sekali memakai seragam pramuka. Jika ada kegiatan pramuka paling hanya menggunakan kaos biasa saja. Dahulu kami selalu bilang “Yang penting hatinya Pramuka.” Tapi sekarang rasa rindu memakai seragam memang muncul. Teringat sewaktu penggalang dahulu, bangganya memakai seragam pramuka dengan lambang menempel, baret dan setangan leher yang menjuntai didada. Tak lupa membawa tongkat.

Baru sadar jika sekarang kami sudah usia Pembina. Rasa bangga itu datang lagi, memakai seragam walaupun bukan tentara dan polisi. Bangga dengan coklat muda dan coklat tua. Tentu dengan setangan leher yang melingkar berwarna merah putih.

Selamat kepada kakak-kakak yang telah dilantik menjadi Pengurus Ambalan Kudungga. Selamat Bertugas. Semoga kebangkitan Gerakan Pramuka di tahun 2013 menjadi momentum dalam meningkatkan peran dalam mendidik anak bangsa.


Ikhlas Bakti Bina Bangsa, Berbudi Bawa Laksana.

Wednesday, 26 June 2013

7 RT 7 Malam # Diskusi PRA Kelurahan Guntung Kota Bontang


Beberapa minggu ini, saya beserta teman-teman di BIKAL sedang sibuk melakukan Pengkajian Kampung. Bahasa kerennya PRA (Partisipatory Rural Appraisal). Saya dan tim berjumlah 4 orang. mendapatkan jatah untuk mefasilitasi 7 RT yang berada di Kelurahan Guntung Kota Bontang.  Selain dari BIKAL, tak lupa lembaga tingkat kelurahan juga membantu, seperti Karang Taruna. Kegiatan ini kerjasama 3 pihak Yayasan BIKAL, PT.Pupuk Kalimantan Timur dan Kelurahan Guntung.

Proses diskusi kebanyakan kami lakukan malam hari. Disiang hari tentulah para audens bekerja atau sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Diskusi berlangsung biasanya pukul 8 selepas Sholat Isya sampai Pukul 10. Kalau mau ikut aturan diskusi bisa sampai jam 11 malam.
 
Sketsa RT.12 Kelurahan Guntung

Metode fasilitasi menggunakan 4 alat , Sketsa, diagram kelembagaan, kajian mata pencarian dan sejarah. Keempat alat ini memang mempunyai fungsi masing-masing. Seperti Sketsa, yang menggambarkan kondisi jalan kampung, pemukiman dan beberapa tempat penting contohnya poskamling, posyandu dan masjid. Di alat ini kami mencoba melihat secara bersama-sama dengan masyarakat dimana kira-kira letak masalah disketsa. Seperti lokasi banjir, parit yang buntu atau daerah yang sering terkena DBD.
Diagram Kelembagaan di RT.14 Kelurahan Guntung

Co. fasilitator mas Yopi

Alat kedua yaitu Diagram kelembagaan. Tahapan diskusi ini yang paling panjang, karena harus mengindentifikasi dahulu lembaga-lembaga di RT maupun Kelurahan yang diketahui oleh masyarakat. Tujuannya melihat apakah lembaga memang memberikan manfaat kepada masyarakat atau tidak. Yang menarik pada saat diskusi berlangsung, kadang masyarakat tidak faham fungsi dari satu lembaga, maka yang mengerti akan menjelaskannya beserta menceritakan kondisi lembaga tersebut. Jadi bisa dibilang ada transfer pengetahuan antar warga terkait kondisi kampung mereka.

Alat ketiga lebih mudah, hanya mendata pekerjaan apa saja yang ada dikampung. Beserta jumlah dan masalah yang dihadapi dalam pekerjaan. Contoh menarik ada beberapa orang diwilayah RT yang menjadi Asisten Rumah Tangga di Perumahan. Gajinya hanya sekitar 600ribu/bulan tetapi harus merogoh kocek untuk trasnportasi berupa ojek yang sebanding dengan gajinya.

Kajian mata Pencarian RT.14 oleh Dedi

Alat keempat yaitu Alur Sejarah. Dalam diskusi ini bukan membahas tentang sejarah terbentuknya kampung tetapi lebih kepada kejadian berupa pembangunan dan peristiwa yang penting seperti wabah mungkin. Dari alat ini kita dapat mengetahui bagaimana proses pembangunan yang ada di kampung dan peristiwa apa saja yang mempengaruhi masyarakat.
Alur Sejarah di RT.12 oleh Vitri


Sebenarnya alat PRA ini berjumlah 12. Tetapi haruslah disesuaikan dengan kondisi wilayah dan data apa yang kita ingin gali.

Dari pengalaman beberapa hari, waktu dua jam tak cukup untuk keempat alat ini. Jadi saya dan teman-teman bersepakat untuk membagi dua kelompok agar dapat diskusi secara pararel.

Memfasilitasi diskusi ditingkat masyarakat memang kadang mengasyikkan dan kadang menjengkelkan. Jika ada masyarakat yang terlalu vokal, bisa membuat proses diskusi menjadi membosankan. Kelihaian fasilitator sangat dibutuhkan disini.  Dengan memberikan trik-trik agar para audens yang diam mau berbicara dan audens yang terlalu vokal dapat terarah.

Data-data yang didapatkan selanjutnya akan diolah menjadi matrik masalah dan solusinya. Dari sinilah lahir program-program untuk menjawab masalah yang dihadapi masyarakat. Karena tak mungkin semua program dilakukan tentulah harus dibuat skala proritas yang kira-kira Gawat, Mendesak dan Penyebarannya hampir atau sebagian dirasakan oleh warga.

Memang tak mudah melakukan proses membangun dengan pelibatan masyarakat didalamnya. Tetapi jika semua terlibat tentu menjadi modal utama keberhasilan program. Dibanding program yang langsung turun dari langit tanpa melihat kebutuhan dimasyarakat.  


Selamat berdiskusi teman-teman diakar rumput. Jadilah pendengar yang baik dan catat..... Lakukan perubahan walau selangkah... Tak ada seribu langkah tanpa langkah pertama.. Cayooo.....

Monday, 10 June 2013

Bromo kami datang (Kasembon-Jatim Park II-Bromo Trip)



http://gunturhamonangan.blogspot.com/2013/04/petualangan-bromo.html
Bromo....Bromo..... Sudah lama nian rasanya ingin kesini. Hanya bisa melihat di TV dan foto saja. Membayangkan negeri di atas awan ini membuat rasanya ingin kesana, tapi baru sekarang terlaksana.

Gunung Bromo berada diatas 2392 meter permukaan laut. Membuat cuaca disini cukup ekstrim dan tentunya dingin. Satu-satunya kawasan konservasi yang mempunyai kawasan pasir seluas 5.520 hektar. Perbukitan yang terjal disepanjang jalan ditumbuhi dengan pohon cemara.  Dipinggirnya tanaman pertanian warga tertata rapi mulai dari wortel, daun bawang, kembang kol dan banyak lainnya.

Perjalanan kami dari Batu menuju ke Bromo, dimulai pukul 3 siang. Sebelumnya makan di Warung Bambu. Saya liat warung ini cukup ramai, dekorasinya hampir semua dari bambu. Ditengah terdapat kolam ikan. Ukuran ikan didalam kolam rata-rata jumbo dari ikan koi, nila sampe lele. Didepannya banyak tanda tangan dan foto artis yang pernah berkunjung. Salah satu yang saya liat sepintas ada tanda tangan dan foto istri Almarhum Sofyan Sopian. Untuk rasanya, lumayan lah. Kayaknya sih masih enakan makanan di Bontang. Hehehe...

Mencoba air ketika wudhu sholat dzuhur sangat dingin. Rasanya seperti air es. Airnya berasal dari pegunungan. jadi airnya dibiarkan mengalir. “Coba di Bontang airnya kayak gini.” Karena makan siang baru jam 2 siang,  jadilah semua kelaparan. Semua hidangan disikat tanpa pikir panjang. Pokoknya kenyang. Titik.

Pukul 3 sore, Bus sudah dideru menuju ke Bromo. Perjalanan seperti biasanya santai dan asyik. Lagu pengantar tidur  mengalun tanpa henti. Semua saya liat sudah terlelap, mungkin sudah mimpi sampe di Bromo.

Dari Batu menuju ke Bromo, banyak kota dan kabutaten yang dilewat. Saya ingat hanya pasuruan, karena ingat “Si Goyang Ngebor” Mbak Inul.

Jam 7 malam, kami singgah sebentar untuk makan malam. Hidangan prasmanan sudah apik dimeja makan. Menunya ayam bumbu, cap cay, lalapan, krupuk dan tak lupa sambal. Makan malamnya kali ini kurang asyik, karena perut masih kenyang sehabis makan di Warung Bambu.

Didepan warung makan, sudah siap lapak penjual aksesoris ke Bromo. Yaitu syal, topi kupluk dan kaos tangan. Penjualnya saya tebak pasti orang madura, ternyata benar. Seorang kawan dari rombongan saya, mencoba menawar dengan bahasa madura yang dikuasainya. Dari harga Rp.30.000 menjadi Rp.17.500 untuk semuanya. Karena teman-teman belum mempersiapkan perlengkapan ke Bromo, langsung saja pada borong. Saya juga membeli topi kupluk dan kaos tangan.

Selesai makan kami melanjutkan perjalan lagi. Kurang lebih satu jam perjalanan. Bis hanya sampai di terminal cemoro lawang saja. Perjalanan ditempuh lagi dengan menggunakan mobil berkapasitas 12 orang seperti L 300. Lama tempuh ke hotel tempat menginap sekitar satu jam lagi. Kami tertawa geli ketika turun di terminal, ternyata ditawari lagi syal, kupluk dan sarung tangan yang jauh lebih murah. Satu harganya Rp. 10.000. hehehe..

Kami menginap tepat berada di depan gerbang masuk ke Taman Nasional Bromo Tengger. Nama penginapannya Lava Hostel. Tarifnya berkisar lima ratus ribuan. Sebenarnya banyak tempat penginapan disini. Jika ingin hotel kelas menengah bertarif satu jutaan keatas. Atau ingin menyewa home stay dari rumah penduduk untuk kapasitas sepuluh orang sekitar dua jutaan. Tinggal pilih saja.

Jika ingin ke Bromo dengan jalan ala backpacker juga dapat ditempuh dengan mengendarai angkutan umum dari terminal Probolinggo. Cari saja jurusan bromo, tarifnya Rp.25.000/orang. Cukup murah bukan.

Setibanya di penginapan. Udara sudah menusuk tulang. Jika berbicara, mulut keluar asap. Kata teman “Sangking dinginnya, yang tidak merokok saja bisa keluar asap.” Semua pada sibuk mencari jaket, tapi saya lihat seorang kawan. Agus Punk santai saja dengan memakai kaos. Saya tanya “Mas ngak kedinginan.” Jawabnya “Mas, ini kedinginan sekali saya ngak bawa jaket.” Walahhh.... saya kira tahan dingin, ternyata tidak membawa jaket.

Sesampainya dikamar saya coba melepas sepatu, kaos kaki dan hanya bertelanjang kaki. Ketika kaki menyentuh ubin, rasanya menginjak es batu. Segera saja saya mencari sandal hotel, untung disediakan. Memasuki kamar mandi, kran saya buka untuk mencoba airnya. Lagi-lagi air es yang keluar. ketika menyentuh air, tangan rasanya membeku. Mencuci tangan saja dingin, apalagi mau mandi. Tapi Tak usah kawatir jika ingin mandi sudah disiapkan penghangat air.

 Jam tangan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saatnya istirahat. Jam 3 subuh harus bangun menuju ke Bromo. Saya satu kamar dengan Andiga. Saya perhatikan semua perlengkapan ke gunung sudah dipakainyam, dari jaket, syal, kupluk dan kaos tangan. Saya tanya “Mas, mau kemana ?.” “Ini mau tidur.” Jawabnya.

Saya mencoba untuk menahan dinginnya suhu di bromo. Saat tidur saya hanya memakai kaos kaki saja. Selimut dikasur setidaknya dapat membantu menghangatkan tubuh saat terlelap.

Pukul tiga pagi semua telah bangun,  semua sudah siap tempur. Lagi-lagi mas agus punk yang hanya memakai jaket tipis dan sandal jepit.

Dalam rombongan kami, terdapat “Petualang” yang paling kecil. Usianya baru 4 bulan. Hebat bukan. Namanya Altaf. Dia putra bungsu Pak Rendy. Walaupun usianya baru 4 bulan, tapi beratnya sudah 11 Kg. Waduhhh... berat yaaa.. saya liat dia sudah didekap dengan bungkusan selimut yang tebal.

Tak lupa narsis dulu didepan kamera, sambil menunggu mobil Hardtop. Lebih satu jam kami menunggu mobil angkutan ke Bromo. seharusnya jam 3 sudah ada 6 mobil yang stand by didepan hotel, tapi 2 mobil belum datang. Katanya sih macet pada saat naik. Karena terlambat satu jam kami tidak bisa ke penjakan 1, jadi hanya ke panjakan 2 saja. Jika dipaksakan ke Penanjakan 1 bisa terhambat macet dijalan dan tidak bisa melihat sunrice.

Pukul 4 lewat, mobil sudah lengkap. Saya menaiki mobil Hardtop berwarna pink bernomor 49, yang diisi 6 orang. Lucu juga mobil garang seperti ini warnanya pink. Di Bromo terdapat lebih dari 250 mobil hardtop yang tiap hari lalu lalang mengantar wisatawan. jika waktu-waktu ramai mobil bisa dua kali naik turun untuk mengantar wisatawan.

Sebelum ke penanjakan 2, kami singgah dulu di penanjakan 3 untuk menunggu sunrice. Setelah sampai di penanjakan 3, perut sudah keroncongan. Jangan kawatir, ini Indonesia Bung.. Dimana-mana ada penjual makanan. Kopi panas dan pop mie bisa dinikmati ditengah dinginnya bromo. sebelum kami datang, dipenjakan 3 sudah banyak orang berkumpul. Bahkan ada yang berkemah.

Pukul lima lewat, seberkas warna orange sudah terlihat di ufuk barat. Dihalangi sedikit awan tipis. Tampak mentari malu-malu untuk muncul. Semua sibuk mengabadikan dengan kamera yang dibawa. Begitu juga kami.

Setelah alam tampak terang, sebelah timur terlihat gugusan gunung termasuk Gunung Bromo. Dibawahnya kabut tebal menutupi lautan pasir, tepat seperti diatas awan. Keindahannya sungguh tak tertandingi. Hanya terlihat sinar lampu mobil yang menuju ke Bromo, diantara kabut.

Keindahan yang tiada tara ini, kami abadikan dengan foto bersama. Semua anggota rombongan berpose didepan lukisan alam ini. Tak lupa saya dan istri mengabadikan dengan berfoto. Sungguh telah sampailah kami disini. Alhamdulillah..

Setelah selesai sesi foto. Kami turun dari penjakan 3. Mobil pink bernomor 49 sudah menunggu. Istri sudah buru-buru turun duluan, saya kejar dan tanya “Ada apa ?.” “Saya pengen buang air, sudah tak tahan.” Ujarnya. Dua tempat yang ada toiletnya tak ada yang buka sepagi ini. Untung yang ketiga ada yang buka. Jadilah kami menunggu, sementara teman-teman yang lain sudah menuju lautan pasir.

Tak berapa lama kami menyusul ke lautan pasir. Sepanjang jalan kabut masih merajai lautan pasir. Kuda-kuda berlarian diantara kabut. Seperti dalam film saja. Setibanya kami dilautan pasir, puluhan mobil hardtop sudah parkir dengan apik. Saya dan teman-teman turun.

Tiba-tiba kami disodorkan secarik kertas bertuliskan nama. Tenyata ini adalah nama pemilik kuda untuk kami tunggangi ke puncak bromo. Puluhan juga pemilik kuda menawarkan jasanya untuk mengantar ke bromo, hingga terkesan memaksa. Tarifnya Rp. 100.000 pulang pergi.

Saya lalu menaiki kuda yang sudah dipegang kekangnya. “Ayo mas naik saja.” Kata si empunya kuda. Saya lalu naik. La kok duduknya mau jatuh kesamping gini. Saya mencoba belajar cepat duduk diatas kuda agar tidak jatuh. Saya ikuti ritme berjalan dan kedua tangan memegang tali tepat didepan sadelnya. Kita akan menghadapi tanjakan. Si empu mengatakan “Jika naik tanjakan, kaki kedepan dan badan agak kebelakang.” Saya pikir mirip naik arung jeram sewaktu “Boomm.” Kalau ini tanjakan.

Disepanjang jalan, banyak juga turis asing dan domestik yang berjalan kaki. Cukup jauh memang jika berjalan kaki. Apalagi tanjakan berpasir yang bisa buat kita kesusahan menapak.  Saya juga melihat pura, ditengah lautan pasir yang digunakan jika ada upacara keagamanan hindu.

Setelah sampai diperberentian, turun dari kuda kita dapat melihat banyak dijajakan bunga edelweis berwarna-warni. Awalnya saya kira ini untuk dibawa pulang, ternyata untuk dilarung di kawah bromo.  sewaktu pulang dari pinggir kawah turis jepang bilang “Kamu tidak buang.” Saya bilang ‘Tidak saya mau bawa pulang.” Saya baru ngeh ketika sudah pulang, tapi jika sudah tau juga saya pasti tidak akan larung. Wong itu namanya Syirik kalo dalam Islam.

Untuk sampai dipinggir kawah, kita harus melewati beberapa ratus anak tangga. Sudutnya sekitar 60 derajat. Perlu tenaga ekstra untuk naik keatas. Saya liat sewaktu menaiki tangga, banyak yang beristrirahat dijalan untuk mengambil nafas. Disepanjang tangga menuju keatas disiapkan selter untuk istirahat sehingga tidak menggangu orang lewat.

Sesampainya diatas. Sungguh indah. Perbukitan jelas terlihat. Guratan gunung terlihat seperti terpahat sempurna. Kabut masih merajai dibawah. Kawahnya masih mengeluarkan asap. Mengepul dan pekat sampai keatas. Angin berhembus menembus kulit dan tulang. Wajah gembira diwajah pengunjung terlihat jelas, seperti anak yang melihat mainnya.

Dikejauhan terlihat orang-orang berbondong-bondong berjalan  dan menaiki kuda. Seperti hendak berperang dimedan laga. Sungguh lukisan yang sempurna dari yang Maha Kuasa. Teringat bunyi ayat Al-quran ketika melihat keindahan ini “Nikmat tuhan manalagi yang kau dustakan.”

Terima kasih ya Allah ......



Tuesday, 4 June 2013

Serunya di Jatim Park II (Kasembon-Jatim Park II-Bromo Trip)

Depan Gedung Museum Satwa Jatim Park II
Perjalanan selanjutnya kami lakukan ke Jatim Park II. Setelah menginap semalam di Kasembon. Dengan tiur beralaskan kasur tipis dan ditutupi sleeping bag membuat suasana menjadi nyaman. Suara jangkrik dan katak menggema sepanjang malam. Angin bertiup sepoi-sepoi. Udara dingin membuat saya tidur terbungkus seperti kepompong.

Bangun pagi seperti biasa, mandi dan sarapan pagi. Beberapa teman berjalan-jalan pagi untuk mencari susu segar. Saya juga melihat sepanjang pagi lalu lalang motor membawa tong alumunium berisi susu segar. Ternyata Pak Rendy sudah memesan susu segar 20 liter untuk diminum pagi hari.

Jam 8 pagi, semua sudah siap. Barang telah dipacking, bis sudah menunggu didepan kamp. Semua sibuk menaikkan barang bawaannya. Sementara saya dan istri sibuk memilih foto yang didokumentasikan tim kasembon pada rafting kemarin.

Perjalanan ke Jatim Park II menuju Kasembon menempuh waktu 1,5 – 2 jam. Sepanjang jalannya berliku-liku. Jurang ditepinya. Pohon bambu menghiasi sepanjang jalan. sungai berbatu mengalir dengan deras. Sawah-sawah tertata rapi di perbukitan, membentuk kurva indah nian.

Warung berjejeran disamping jalan, rata-rata terbuat dari anyaman bambu. Kabut menutup bukit dikejauhan. Orang sibuk berlalu lalang dengan ramainya.

Seperti biasanya, perjalanan ke Jatim Park II di Batu semua bernyanyi riang. Kali ini tembang lawas, campur sari dan dangdut koplo. Semua tampak riang, walaupun badan masih pegal-pegal sehabis arung jeram.

Pak Rendy mengatakan “Saya dulu dengar dari teman kalau abis arung jeram capek, saya pikir apanya yang capek Cuma duduk dan dayung saja. Ehh ternyata benar badan capek semua.” Lanjutnya “Tadi malam mau pijet, ehh sudah ketiduran.”

Beberapa teman semalam, pada sibuk mencari tukang pijat. Mungkin badannya remuk dan otot tegang sehabis mendayung belasan kilometer.

Jatim park II sudah terlihat. Teman-teman turun dengan rapi. Sebelum masuk tak lupa foto bersama dulu didepan gedung Museum Satwa. Bangunan bergaya arsitek romawi berdiri kokoh. Tingginya tak tau berapa meter yang pasti tinggi sekale. Hehehe..

Pernah nonton iklan dancow, yang ada fosil dinasaurusnya. Nah disini tenyata tempat syutingnya. Saya juga taunya setelah ada disini. Tak apalah yang penting sudah kesini.

Sebelum masuk tim rombongan sibuk membagi gelang kertas, sebagai tanda masuk. Harga tiket masuknya kalau ngak salah Rp.90.000. itu sudah puas mau ngapain aja didalam. Jika meminjam kata-kata iklan KakaoTalk “FREE..FREE.” Tidak seperti ditempat lain yang pernah saya kunjungi. Udah bayar masuk, didalam mau main wahana bayar lagi. Hadeehhh...

foto bersama buaya
Masuk kedalam museum satwa, saya juga bertanya-tanya isinya apa aja. Pas masuk, sudah terlihat sangkar raksasa, isinya burung-burung yang telah diawetkan. Didepannya ada buaya duduk dikursi, bisa diajak foto bersama. Tapi buaya ini agak bau, mungkin karena baru diawetkan atau tak lengkap cara pengawetannya.

Beranjak sedikit kedalam, mata sudah disuguhi rangka fosil dinasaurus jenis trex dan mamoth (kalau ngak salah). Sungguh raksasa, dikanan kirinya terdapat binatang yang sudah diawetkan didalam kaca. Mirip dengan deorama, didalamnya digambar dan diberikan properti seperti lingkungan aslinya. Sehinga sangat menarik untuk dilihat.

Binatang yang dipamerkan disini banyak jenisnya. Saya saja tidak bisa hitung dari belahan dunia semua ada. Lengkap deh pokoknya, dari afrika, amerika, asia, australia hingga kutub juga ada. Hewan yang sangat berkesan buat saya ada chetah, beruang kutub, singa, jerapah, gajah dan burung onta. Semuanya dalam bentuk aslinya.

fosil ikan lo..
Dan tak kalah menarik, koleksi kupu-kupu dan serangga juga cukup lengkap. Untuk penyuka serangga dan kupu-kupu sebaiknya ketempat ini.

Museum ini berbentuk lorong-lorong yang harus disusuri agar bisa keluar. jika  berjalan dan menikmati deorama satwa yang ada bisa sekitar 1-2 jam. Lumayan lama, karena keindahan masing-masing satwa memang layak untuk diamati.

Setelah puas di Museum Satwa. Saya dan kawan-kawan beranjak ke sebelanya yaitu Batu Secret Zoo. Saya agak penasaran apa isinya. Ternyata memang rahasia seperti namanya. Ketika masuk sudah disambut air mancur dari bebatuan buatan. Didalamnya ada tikus ukuran raksasa berasal dari amerika. Sedikit kaget juga.

Didalam Batu Secret Zoo, kita dapat melihat satwa yang hidup. Jika di Museum Satwa binatangnya sudah mati dan diawetkan. Maka di Batu Secret Zoo kita dapat melihat yang benar-benar hidup.

Mulai dari reptil, burung, kucing besar, ikan,  jerapah, gajah, jenis monyet dan banyak lagi. Yang menarik didalamnya terdapat monyet terkecil di dunia yang berasal dari amerika. Sangat asyik menikmati binatang di area ini. Selain areanya terbuka, kita juga menikmati makanan yang dijajakan.

Area ini cukup panjang. Jika berjalan sampe di area keluar, kaki rasanya pegel-pegel. Jadi yang ingin menikmati perjalanan tanpa capek dapat menyewa Bike Electrik seharga Rp.100.000/3jam.

membeii makan gajah
Atraksi yang menarik yang tidak bisa dilewatkan adalah memberi makan gajah. Anda bisa membeli wortel yang telah dipotong-potong seharga Rp.10.000. Dan juga, kita dapat berfoto bersama burung secara gratis.

Jangan kira didalam hanya menikmati satwa saja. Didalamnya juga tersedia arena bermain. Wahana waterboom dan wahana menantang lainnya. Pokoknya dijamin puas didalam. Ingat semua sudah “FREE” alias gratis.

foto d
Yang mendebarkan diarea ini kita dapat melihat langsung macan tutul dan singa. Kedua binantang ini hanya dibatasi kaca dengan pengunjung, sehingga kita dapat “seolah” memegangnya secara dekat. Saya saja masih takut ketika menyentuh Macan tutul lewat kaca. Dia langsung mengaung. Saya juga kaget bukan kepalang.

Selain itu Kami juga melihat panther dan phuma, tetapi saat kami berkunjung keduanya sedang tidur.

Jika berada di Jatim Park II anda butuh waktu satu hari. Apabila anda ingin berbelanja ketika liburan ke Batu, sebaiknya belanjanya di Jatim Park II saja. Pengalaman kemarin ternyata harga t-shirt di dalam Jatim Park II lebih murah dibanding diluar. Menyesal juga tidak “borong.” (Bersambung)



Monday, 3 June 2013

Serunya Rafting di Kasembon (Kasembon-Jatim park II-Bromo Trip)

.
All tim Kelurahan Bontang Lestari
Akhir-akhir ini saya jarang banget nulis. Banyak sih yang mau ditulis, tapi malesnya selalu tingkat dewa. Lain halnya kalau abis jalan-jalan atau traveling, semangat nulisnya selalu menggebu-gebu. Ya ya lah soalnya pengalaman baru dan selalu ada yang berkesan untuk dishare.

Akhir bulan mei 2013 ini, saya, istri dan kawan-kawan dari Kelurahan Bontang Lestari baru saja berwisata ke Jawa Timur. Perjalanannya Kasembon, Jatim Park II dan Gunung Bromo. Kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan ke Kasembon dulu, biar nanti tulisannya berseri. Hehehehe.

Seperti biasanya perjalanan Bontang ke Balikpapan ditempuh dengan 4-5 jam. Berangkat jam 10 malam dan sampai di Balikpapan lebih kurang jam 4 pagi. Singgah dulu di Bukit Soeharto untuk “sahur” Pop mie karena perut sudah demo.

Jam 7 kurang pesawat sudah take off ke Surabaya, perjalanan lancar dan tidak macet diudara. Kurang lebih 1 jam 15 menit landing. Sampai disana Bis Pariwisata sudah menunggu. Makan siang sudah tertata rapi di tiap-tiap kursi. Yang heran pas dibuka lauknya lengkap banget, ayam, sate daging, telur bebek dan ikan bandeng. Wehh... baru liat saya nasi kotak isinya selengkap ini.

Perjalanan langsung ke Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang. Saya tidak tau rutenya, ikut saja dengan pak supir. Maklum wisata pake tour, jadi saya dan kawan-kawan tinggal duduk manis dan senyum-senyum. Asyiknya di bis yang saya tumpangi full musik dan bisa karaoke. Jadilah semua kawan-kawan mengeluarkan suara emasnya. Yang menjadi raja nyanyi tetap Pak Raden yang juga Kasie PMKS Kelurahan Bontang Lestari. Hampir tiap lagu dia tahu, dari bagindas, zivilia, geisha, Noah sampe MLTR. Hebatkan... pokoknya satu kata untuk Pak Raden T O P B G T.


Khutbah Sholat Jumat Bahasa Jawa
Tiga jam perjalanan tak terasa jika didaerah jawa. Sepanjang jalan mata selalu disuguhi dengan deretan rumah warga. Batas tiap kabupaten dan kota hanya dibatasi oleh gapura. Beda sekali dengan Kalimantan, tiap daerah satu dan lainnya batasnya dengan hutan dan belukar. Sehingga perjalana
n terasa begitu lama.

Alam Kasembon pagi hari
Memasuki Kasembon, mata terasa sejuk. Hamparan sawah membentang dengan hijau. Petani dikejauhan seolah bermain-main di pematang sawah. Air irigasi mengalir dengan jernih dipinggir sawah. Pohon kelapa berderet rapi dibawah gunung.  Kabut mengangkasa menutup gunung dan tumbuhan dikejauhan.

Setibanya kami sampai di Kamp Kasembon Land. Barang bawaan langsung ditaruh dalam pondok berukuran 5m x 3 m. Yang bisa diisi 4-5 orang, didalamnya sudah ada kasur, sleping bag dan bantal. Setelah itu saya langsung mandi. Karena hari ini bertepatan dengan hari Jumat. Selepas mandi langsung sarung melingkar dipinggang.

Jarak kamp Kasembon dengan masjid terdekat tidak jauh, 5 menit jalan kaki. Suara speker mengaji sudah terdengar sejak pukul 11 siang. Sebelum pukul 12 kami sudah meluncur ke masjid. Sholat jumat seperti biasanya. Hanya yang membuat saya sedikit terkejut disana khutbahnya berbahasa jawa. Waduhh... saya pastinya tidak mengerti. Yang saya tau hanya sedikit saja. Apabila ada kata-kata yang mirip dengan bahasa Indonesia. Hehehe...

Ternyata teman-teman juga merasakan hal yang sama. Agak kaget dan sedikit lucu. Tapi tak apalah namanya juga di kampung orang.

Boommm Boommmmmmm...

Selesai sholat jumat. Kegiatan arung jeram sudah menunggu. Saya mengganti kostum, celana pendek dan kaos sudah siap. Sebelum berangkat sudah diwanti-wanti untuk membawa sandal jepit, karena tas dan koper sudah penuh saya tak membawa. Pengalaman arung jeram pertama kali saya di Magelang tahun 2003, sepertinya saya tidak memakai sandal alias nyeker.

Semua bergegas ke depan kamp untuk mengambil helm, pelampung dan dayung. Sebelum brifing tak lupa berfoto bersama dulu. Brifing dimulai, peserta ditanya siapa yang tidak bisa berenang dan yang pernah arung jeram. Tak lupa diajarkan apabila menghadapi riam dan bagaimana posisi yang benar. Yang paling seru nanti akan ada air terjun setinggi 3-4 meter yang dinamakan “Boomm”.


Booommmmm
Booommmmmm

Mahbul, Taufik, Agus & Winner Tim

Rendy, Zainal, Raden & Heri Tim

Indra, Karyanto, Lelang, Amang & Andiga Tim

Yani, Amhar, Anas & Cikal

Ivan, Agus Punk, Bilal, Ina dan Awang

Kami berjumlah 21 orang dibagi dalam 5 perahu karet. Masing-masing terdapat satu Instruktur untuk menjadi nakhoda. Pertama turun sudah disuguhi air sungai irigasi yang begitu deras, beberapa teman sudah panik dan takut. Tapi apa boleh buat sudah tidak bisa mundur dan harus maju terus.

Beberapa puluh meter didepan sungai sudah diberikan tantang berupa “Boomm” yang tingginya 4 meteran. Langsung saja ekspresi wajah jadi pucat. Saat melewati tantangan tersebut, tim saya melaluinya dengan baik. Hanya saja posisi saya tidak tepat, sehingga helm istri yang tepat duduk didepan saya. Menghantam wajah, sempat puyeng juga. Rasanya sampe ke rahang.

Yang sedikit mengkhawatirkan dan lucu. Pak Indra  (Sekertaris Lurah Bontang Lestari) yang berada di perahu selanjutnya pada saat melewati Boom harus terlempar dan keluar dari kapal. Untungnya tidak membentur batu. Saya lihat dari foto kejadian, ternyata kakinya tidak  terselip kuat diperahu karet.

Selanjutnya kami harus menghadapi riam yang menantang. Kata instruktur arus kali ini cukup deras, tidak seperti biasanya. Mungkin karena lagi musim hujan, sehingga debit sungai menjadi lumayan deras.

Didalam tim saya, ada 3 orang yang tidak bisa berenang termasuk istri. Tapi saya selalu bilang, yang penting pakai pelampung, ikuti instruksi dan jangan panik. Jika instruktur bilang dayung, ya di dayung. Jika bilang jangan di dayung ya jangan.

Selesai menghadapi dua riam, kami beristirahat sejenak. Singgah di pos pemberian sementara untuk makan pisang goreng dan minum wedang jahe. Saya liat semua asyik membahas pengalamannya berarung jeram. Yang menjadi bahasan hangat terlemparnya Pak Seklur dari perahu saat “Boomm”.

Arung jeram dilanjutnya lagi, riak makin seru untuk ditaklukkan. Batu-batu besar seolah menjadi penghalang yang harus dilewati. Sepanjang sungai mata disuguhi pemandangan masyarakat sekitar yang melakukan aktifitas dari mencuci, mandi dan buang hajat. Indonesia banget nih sungai... hahahahaha...

“Ada yang terbalik” begitu suara yang terdengar. Ternyata perahu karet tim Seklur lagi. Kami semua tertawa saja mendengarnya. Saya liat timnya sudah berenang disungai dengan perahu terbalik dan senyum-senyum.

Hampir satu jam lebih melewati sungai kami akhirnya tiba di garis finish. Kami sudah ditunggu mobil pick up untuk dipakai kembali ke kamp.

 Wajah gembira tak dapat disembunyikan dari pengalaman ini. Kebanyakan semua baru pertama ikut arung jeram. Jadi sebuah petualangan yang terkesan.  

Saran saya jika arung jeram atau rafting sebaiknya ikut aturan yang diperintahkan instruktur agar petualangan menjadi seru dan aman.

Selamat berpetualang....(Bersambung Jatim Park II)