Si Ading dan Saya 10 tahun yang lalu. |
Bolehlah saya
meminjam selebrasi Fatin menjadi juara X faktor dengan kata-kata Foyaa. Gambaran
ini juga terasa di Pramuka. Gerakan yang saat ini sedang naik
daun dan dilirik kembali. Gerakan yang sudah lama tertidur dan “dianggap”
sebelah mata. Gerakan yang “katanya” hanya bisa bernyanyi dan tepuk tangan.
Sudah lama nian
si ading tidak pernah mengenakan seragam Pramukanya lagi. Pagi hari terdengar
panggilan dari adik pramuka. “Kak, nanti datang latihan ya di Pangkalan
Kudungga.” Begitu kira-kira pesan yang kutangkap dari ceritanya. Usut punya
usut ternyata akan ada Pelantikan jajaran pengurus Ambalan Kudungga. SI ading
salah satu pengurusnya yang akan dilantik sore itu.
Si Ading berasal dari Ambalan Kudungga. Salah
satu pangkalan Pramuka yang pertama dan cukup tua di Bontang. Umurnya kira-kira seusia
saya, mulai ada sejak tahun 1984. Perjalanannya ambalan ini pasang surut, mulai
dari membangun, membina hingga saat ini mempertahankan keeksistensian pramuka.
Jadi, para perintis Pramuka di Kota Bontang semua berawal dari Ambalan ini. Sehingga
cukup banyak Pramuka Ambalan Kudungga yang menjabat posisi penting di Jajaran
Kwartir Cabang Kota Bontang.
Jika ingat
sewaktu saya masih penggalang, Ambalan kudungga cukup diperhitungkan dan
disegani ketika ada even ranting maupun cabang. Sekarang saya malah menikahi salah satu
anggotanya (hehehe).
Kurikulum 2013 melihat
Pramuka sebagai “penjahit” bagi semua metode yang diajarkan. Pramuka menurut
Menteri Pendidikan Bapak Muhammad Nuh mengajarkan banyak hal, mulai dari kemandirian,
kebangsaan hingga kedisplinan. Padahal saya sebagai anggota pramuka sudah
jauh-jauh hari menyadarinya. La kok para pendidik sekarang baru menyadarinya.
Saya lanjutkan
cerita tentang Si Ading. Mulailah dia bertanya dimana kira-kira seragamnya itu
berada. Pastilah dilemari. Dibukanya lemari, seragam itu berada diantara
tumpukan baju-baju yang sudah lama tidak dijamah. “Masih baru kan.” Katanya, “Ini
baju terakhir dipakai waktu ke Raimuna di Jogja.” Saya jawab “Wah itukan 10
tahun yang lalu.”
Ina, Albar, Awang, lupa, Nanang |
Saya sih hanya
cengar-cengir sekarang. Seragam saya sudah entah kemana. Sudah tak tahu
kabarnya dan sudah diikhlaskan. dahulu punya dua pasang seragam. Saya tak ingat
siapa yang pinjam dan tak pernah kembali sampai saat ini. Tak apalah mungkin
yang minjem lebih butuh dari saya. Itung-itung sedekah seragam.
Lama memang
sudah tak memakai seragam kebanggan ini katanya. Sejak pulang dari Raimuana
tahun 2003 di Jogja. Si ading jarang sekali memakai seragam pramuka. Jika ada
kegiatan pramuka paling hanya menggunakan kaos biasa saja. Dahulu kami selalu
bilang “Yang penting hatinya Pramuka.” Tapi sekarang rasa rindu memakai seragam
memang muncul. Teringat sewaktu penggalang dahulu, bangganya memakai seragam
pramuka dengan lambang menempel, baret dan setangan leher yang menjuntai didada.
Tak lupa membawa tongkat.
Baru sadar jika
sekarang kami sudah usia Pembina. Rasa bangga itu datang lagi, memakai seragam
walaupun bukan tentara dan polisi. Bangga dengan coklat muda dan coklat tua.
Tentu dengan setangan leher yang melingkar berwarna merah putih.
Selamat kepada
kakak-kakak yang telah dilantik menjadi Pengurus Ambalan Kudungga. Selamat
Bertugas. Semoga kebangkitan Gerakan Pramuka di tahun 2013 menjadi momentum
dalam meningkatkan peran dalam mendidik anak bangsa.
Ikhlas Bakti
Bina Bangsa, Berbudi Bawa Laksana.
1 comment:
Foya apaan sih, Wang..?
Post a Comment