Monday, 10 June 2013

Bromo kami datang (Kasembon-Jatim Park II-Bromo Trip)



http://gunturhamonangan.blogspot.com/2013/04/petualangan-bromo.html
Bromo....Bromo..... Sudah lama nian rasanya ingin kesini. Hanya bisa melihat di TV dan foto saja. Membayangkan negeri di atas awan ini membuat rasanya ingin kesana, tapi baru sekarang terlaksana.

Gunung Bromo berada diatas 2392 meter permukaan laut. Membuat cuaca disini cukup ekstrim dan tentunya dingin. Satu-satunya kawasan konservasi yang mempunyai kawasan pasir seluas 5.520 hektar. Perbukitan yang terjal disepanjang jalan ditumbuhi dengan pohon cemara.  Dipinggirnya tanaman pertanian warga tertata rapi mulai dari wortel, daun bawang, kembang kol dan banyak lainnya.

Perjalanan kami dari Batu menuju ke Bromo, dimulai pukul 3 siang. Sebelumnya makan di Warung Bambu. Saya liat warung ini cukup ramai, dekorasinya hampir semua dari bambu. Ditengah terdapat kolam ikan. Ukuran ikan didalam kolam rata-rata jumbo dari ikan koi, nila sampe lele. Didepannya banyak tanda tangan dan foto artis yang pernah berkunjung. Salah satu yang saya liat sepintas ada tanda tangan dan foto istri Almarhum Sofyan Sopian. Untuk rasanya, lumayan lah. Kayaknya sih masih enakan makanan di Bontang. Hehehe...

Mencoba air ketika wudhu sholat dzuhur sangat dingin. Rasanya seperti air es. Airnya berasal dari pegunungan. jadi airnya dibiarkan mengalir. “Coba di Bontang airnya kayak gini.” Karena makan siang baru jam 2 siang,  jadilah semua kelaparan. Semua hidangan disikat tanpa pikir panjang. Pokoknya kenyang. Titik.

Pukul 3 sore, Bus sudah dideru menuju ke Bromo. Perjalanan seperti biasanya santai dan asyik. Lagu pengantar tidur  mengalun tanpa henti. Semua saya liat sudah terlelap, mungkin sudah mimpi sampe di Bromo.

Dari Batu menuju ke Bromo, banyak kota dan kabutaten yang dilewat. Saya ingat hanya pasuruan, karena ingat “Si Goyang Ngebor” Mbak Inul.

Jam 7 malam, kami singgah sebentar untuk makan malam. Hidangan prasmanan sudah apik dimeja makan. Menunya ayam bumbu, cap cay, lalapan, krupuk dan tak lupa sambal. Makan malamnya kali ini kurang asyik, karena perut masih kenyang sehabis makan di Warung Bambu.

Didepan warung makan, sudah siap lapak penjual aksesoris ke Bromo. Yaitu syal, topi kupluk dan kaos tangan. Penjualnya saya tebak pasti orang madura, ternyata benar. Seorang kawan dari rombongan saya, mencoba menawar dengan bahasa madura yang dikuasainya. Dari harga Rp.30.000 menjadi Rp.17.500 untuk semuanya. Karena teman-teman belum mempersiapkan perlengkapan ke Bromo, langsung saja pada borong. Saya juga membeli topi kupluk dan kaos tangan.

Selesai makan kami melanjutkan perjalan lagi. Kurang lebih satu jam perjalanan. Bis hanya sampai di terminal cemoro lawang saja. Perjalanan ditempuh lagi dengan menggunakan mobil berkapasitas 12 orang seperti L 300. Lama tempuh ke hotel tempat menginap sekitar satu jam lagi. Kami tertawa geli ketika turun di terminal, ternyata ditawari lagi syal, kupluk dan sarung tangan yang jauh lebih murah. Satu harganya Rp. 10.000. hehehe..

Kami menginap tepat berada di depan gerbang masuk ke Taman Nasional Bromo Tengger. Nama penginapannya Lava Hostel. Tarifnya berkisar lima ratus ribuan. Sebenarnya banyak tempat penginapan disini. Jika ingin hotel kelas menengah bertarif satu jutaan keatas. Atau ingin menyewa home stay dari rumah penduduk untuk kapasitas sepuluh orang sekitar dua jutaan. Tinggal pilih saja.

Jika ingin ke Bromo dengan jalan ala backpacker juga dapat ditempuh dengan mengendarai angkutan umum dari terminal Probolinggo. Cari saja jurusan bromo, tarifnya Rp.25.000/orang. Cukup murah bukan.

Setibanya di penginapan. Udara sudah menusuk tulang. Jika berbicara, mulut keluar asap. Kata teman “Sangking dinginnya, yang tidak merokok saja bisa keluar asap.” Semua pada sibuk mencari jaket, tapi saya lihat seorang kawan. Agus Punk santai saja dengan memakai kaos. Saya tanya “Mas ngak kedinginan.” Jawabnya “Mas, ini kedinginan sekali saya ngak bawa jaket.” Walahhh.... saya kira tahan dingin, ternyata tidak membawa jaket.

Sesampainya dikamar saya coba melepas sepatu, kaos kaki dan hanya bertelanjang kaki. Ketika kaki menyentuh ubin, rasanya menginjak es batu. Segera saja saya mencari sandal hotel, untung disediakan. Memasuki kamar mandi, kran saya buka untuk mencoba airnya. Lagi-lagi air es yang keluar. ketika menyentuh air, tangan rasanya membeku. Mencuci tangan saja dingin, apalagi mau mandi. Tapi Tak usah kawatir jika ingin mandi sudah disiapkan penghangat air.

 Jam tangan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saatnya istirahat. Jam 3 subuh harus bangun menuju ke Bromo. Saya satu kamar dengan Andiga. Saya perhatikan semua perlengkapan ke gunung sudah dipakainyam, dari jaket, syal, kupluk dan kaos tangan. Saya tanya “Mas, mau kemana ?.” “Ini mau tidur.” Jawabnya.

Saya mencoba untuk menahan dinginnya suhu di bromo. Saat tidur saya hanya memakai kaos kaki saja. Selimut dikasur setidaknya dapat membantu menghangatkan tubuh saat terlelap.

Pukul tiga pagi semua telah bangun,  semua sudah siap tempur. Lagi-lagi mas agus punk yang hanya memakai jaket tipis dan sandal jepit.

Dalam rombongan kami, terdapat “Petualang” yang paling kecil. Usianya baru 4 bulan. Hebat bukan. Namanya Altaf. Dia putra bungsu Pak Rendy. Walaupun usianya baru 4 bulan, tapi beratnya sudah 11 Kg. Waduhhh... berat yaaa.. saya liat dia sudah didekap dengan bungkusan selimut yang tebal.

Tak lupa narsis dulu didepan kamera, sambil menunggu mobil Hardtop. Lebih satu jam kami menunggu mobil angkutan ke Bromo. seharusnya jam 3 sudah ada 6 mobil yang stand by didepan hotel, tapi 2 mobil belum datang. Katanya sih macet pada saat naik. Karena terlambat satu jam kami tidak bisa ke penjakan 1, jadi hanya ke panjakan 2 saja. Jika dipaksakan ke Penanjakan 1 bisa terhambat macet dijalan dan tidak bisa melihat sunrice.

Pukul 4 lewat, mobil sudah lengkap. Saya menaiki mobil Hardtop berwarna pink bernomor 49, yang diisi 6 orang. Lucu juga mobil garang seperti ini warnanya pink. Di Bromo terdapat lebih dari 250 mobil hardtop yang tiap hari lalu lalang mengantar wisatawan. jika waktu-waktu ramai mobil bisa dua kali naik turun untuk mengantar wisatawan.

Sebelum ke penanjakan 2, kami singgah dulu di penanjakan 3 untuk menunggu sunrice. Setelah sampai di penanjakan 3, perut sudah keroncongan. Jangan kawatir, ini Indonesia Bung.. Dimana-mana ada penjual makanan. Kopi panas dan pop mie bisa dinikmati ditengah dinginnya bromo. sebelum kami datang, dipenjakan 3 sudah banyak orang berkumpul. Bahkan ada yang berkemah.

Pukul lima lewat, seberkas warna orange sudah terlihat di ufuk barat. Dihalangi sedikit awan tipis. Tampak mentari malu-malu untuk muncul. Semua sibuk mengabadikan dengan kamera yang dibawa. Begitu juga kami.

Setelah alam tampak terang, sebelah timur terlihat gugusan gunung termasuk Gunung Bromo. Dibawahnya kabut tebal menutupi lautan pasir, tepat seperti diatas awan. Keindahannya sungguh tak tertandingi. Hanya terlihat sinar lampu mobil yang menuju ke Bromo, diantara kabut.

Keindahan yang tiada tara ini, kami abadikan dengan foto bersama. Semua anggota rombongan berpose didepan lukisan alam ini. Tak lupa saya dan istri mengabadikan dengan berfoto. Sungguh telah sampailah kami disini. Alhamdulillah..

Setelah selesai sesi foto. Kami turun dari penjakan 3. Mobil pink bernomor 49 sudah menunggu. Istri sudah buru-buru turun duluan, saya kejar dan tanya “Ada apa ?.” “Saya pengen buang air, sudah tak tahan.” Ujarnya. Dua tempat yang ada toiletnya tak ada yang buka sepagi ini. Untung yang ketiga ada yang buka. Jadilah kami menunggu, sementara teman-teman yang lain sudah menuju lautan pasir.

Tak berapa lama kami menyusul ke lautan pasir. Sepanjang jalan kabut masih merajai lautan pasir. Kuda-kuda berlarian diantara kabut. Seperti dalam film saja. Setibanya kami dilautan pasir, puluhan mobil hardtop sudah parkir dengan apik. Saya dan teman-teman turun.

Tiba-tiba kami disodorkan secarik kertas bertuliskan nama. Tenyata ini adalah nama pemilik kuda untuk kami tunggangi ke puncak bromo. Puluhan juga pemilik kuda menawarkan jasanya untuk mengantar ke bromo, hingga terkesan memaksa. Tarifnya Rp. 100.000 pulang pergi.

Saya lalu menaiki kuda yang sudah dipegang kekangnya. “Ayo mas naik saja.” Kata si empunya kuda. Saya lalu naik. La kok duduknya mau jatuh kesamping gini. Saya mencoba belajar cepat duduk diatas kuda agar tidak jatuh. Saya ikuti ritme berjalan dan kedua tangan memegang tali tepat didepan sadelnya. Kita akan menghadapi tanjakan. Si empu mengatakan “Jika naik tanjakan, kaki kedepan dan badan agak kebelakang.” Saya pikir mirip naik arung jeram sewaktu “Boomm.” Kalau ini tanjakan.

Disepanjang jalan, banyak juga turis asing dan domestik yang berjalan kaki. Cukup jauh memang jika berjalan kaki. Apalagi tanjakan berpasir yang bisa buat kita kesusahan menapak.  Saya juga melihat pura, ditengah lautan pasir yang digunakan jika ada upacara keagamanan hindu.

Setelah sampai diperberentian, turun dari kuda kita dapat melihat banyak dijajakan bunga edelweis berwarna-warni. Awalnya saya kira ini untuk dibawa pulang, ternyata untuk dilarung di kawah bromo.  sewaktu pulang dari pinggir kawah turis jepang bilang “Kamu tidak buang.” Saya bilang ‘Tidak saya mau bawa pulang.” Saya baru ngeh ketika sudah pulang, tapi jika sudah tau juga saya pasti tidak akan larung. Wong itu namanya Syirik kalo dalam Islam.

Untuk sampai dipinggir kawah, kita harus melewati beberapa ratus anak tangga. Sudutnya sekitar 60 derajat. Perlu tenaga ekstra untuk naik keatas. Saya liat sewaktu menaiki tangga, banyak yang beristrirahat dijalan untuk mengambil nafas. Disepanjang tangga menuju keatas disiapkan selter untuk istirahat sehingga tidak menggangu orang lewat.

Sesampainya diatas. Sungguh indah. Perbukitan jelas terlihat. Guratan gunung terlihat seperti terpahat sempurna. Kabut masih merajai dibawah. Kawahnya masih mengeluarkan asap. Mengepul dan pekat sampai keatas. Angin berhembus menembus kulit dan tulang. Wajah gembira diwajah pengunjung terlihat jelas, seperti anak yang melihat mainnya.

Dikejauhan terlihat orang-orang berbondong-bondong berjalan  dan menaiki kuda. Seperti hendak berperang dimedan laga. Sungguh lukisan yang sempurna dari yang Maha Kuasa. Teringat bunyi ayat Al-quran ketika melihat keindahan ini “Nikmat tuhan manalagi yang kau dustakan.”

Terima kasih ya Allah ......



No comments: