#Kisah di Teluk Kaba, Taman Nasional Kutai
Kami berempat
kala itu Saya, Parti, Deni dan Albar. perjalanan 6 km menuju Pos Teluk Kaba. Biasanya,
setiap selesai ujian semester, saya dan teman-teman Saka Wanabakti selalu saja
menghabiskan waktu liburan di Taman Nasional Kutai. Tidak tanggung-tanggung, pernah
satu minggu kami menginap di Pos Teluk Kaba.
Perjalanan mulai
kami lakukan pukul 2 siang. Kami berempat menunggu mobil yang menuju ke Sangata.
Modal hanya butuh jempol. Ibu jari diacung ketika ada mobil pick-up ataupun
truck yang melintas. Biasanya Parti si Tomboy yang berjilbab, kami serahi tugas
itu. biasalah jika supir truk pasti akan iba jika melihat ada gadis manis yang
butuh tumpangan. Tak butuh waktu lama, paling 15 menit mobil tumpangan sudah
kami dapatkan. Pilihannya harus bak terbuka agar bisa menikmati angin
dibelakang mobil, serta bernyanyi dan bercanda sepanjang perjalanan.
Sebelum berangkat,
tugas sudah dibagi. Siapa yang membawa beras, mie instan dan minyak tanah. Tak lupa
membawa air minum untuk berjalan kaki sejauh 6 Km menuju Pos Teluk Kaba dibibir
pantai.
“Gimana den,
masih sanggup.” Tanyaku. “Masih” katanya, “ Ayo sudah dekat lagi.” Aku menyemangatinya.
Sepanjang perjalanan kami, hutan begitu rimbun. Pohon-pohon besar berdiri
tegak. Suara burung menemani perjalanan kami. Beberapa titik memang ada yang
terbuka dan terbakar. Menurut kisahnya pada tahun 1998 di Teluk Kaba pernah
terjadi kebakaran hebat. Yang menghanguskan sebagian besar hutan di Taman
Nasional Kutai.
Sudah 4 tahun
berlalu, sekarang sudah tahun 2002. Hutan mulai rimbun lagi, beberapa pohon
yang selamat dari kebakaran hutan masih tersisa. Ada yang sudah tinggal arang
yang menjulang tinggi. Ada yang terbakar dan masih tumbuh. Suksesi hutan sedang
berlangsung. Ditumbuhi tanaman yang tumbuh ketika hutan akan kembali hijau.
Jarak 6 Km kami
tempuh dalam waktu 1,5 jam berjalan kaki. Medan yang berat jika dilalui
kendaraan biasa. Mobil 4 WD atau motor traillah yang pantas melewati jalur ini.
Tak ada pilihan lain selain berjalan kaki. Dengan memanggul ransel yang berisi natura dan
pakaian. Tidak ada keluh kala itu, yang ada hanya senyuman akan berlibur dialam
yang hening tanpa suara kendaraan serta polusi. Dan malam harinya tenang dengan
jutaan sinar bintang berkelipan diangkasa raya. Deni yang sudah kelelahan
ketika sudah melihat atap pos jaga, sudah kembali bersemangat menganyun
langkah.
Sesampainya kami
di Pos Teluk Kaba. Petugas Balai TN. Kutai menyambut kami dengan senyum. Mereka
senang ketika ada kami, karena mereka tak kesepian ditengah hutan belantara.
Tas langsung
kami letakkan dikamar. karena sudah sore hari, kami harus mandi. “Ayo kita
mandi-mandian” aja Deni. Segera saja saya dan kawan-kawan berlari keujung
dermaga untuk berenang di laut. Begitu badan menyentuh air, rasa peluh dan
lelah hilang seketika. Hanya suara tawa seperti anak kecil yang terdengar. Saling
ejek mengejek tentu menjadi hiburan di hutan sepi ini.
Sebelum beranjak
dari laut. Si Albar menyempatkan menangkap kepiting dulu untuk lauk makan. Saya
gelari dia “expert” penangkap
kepiting. Tidak butuh alat apapun, hanya tangan kosong. Caranyapun unik, hanya
meraba dilumpur. Ketika ketemu kepiting, tangganya seolah sudah tak takut
dengan capit. Tinggal ditangkap, angkat dan masukkan kedalam ember.
“Hebat bar, kita
ada makanan nanti malam nih.” Ucapku. Setibanya dipos. Seolah tanpa komando,
masing-masing mengambil peran didapur. Ada yang membersihkan lalu merebus
kepiting, memasak nasi dan membuat kopi. Makanan sederhana, hanya nasi dan kepiting
rebus ditemani kopi terasa nikmat disantap. Tenang, hijau dan asri membuat kami
selalu betah di Teluk Kaba.
Teluk Kaba
berada di Taman Nasional Kutai. Jaraknya kurang lebih 30 menit jika menggunakan
kendaraan bermotor, setelah melewati Teluk Pandan dan Kandolo. Disini kita
dapat menikmati gugusan Hutan Mangrove yang beraneka ragam jeni. Usianya puluhan
tahun, hingga jika berada didalam Hutan Mangrove, kita seperti berada didunia
lain. Yang menarik juga, kita dapat menemui kantong semar didekat Pos Jaga.
Selain menangkap
kepiting, cara yang asyik untuk mencari teman nasi dipiring dengan memancing. Ikannya sangat lahap jika dipancing. Pokoknya kita
tidak akan kelaparan selama di Teluk Kaba. Pernah satu waktu, kami ingin sekali
memakan kolak. Jadilah kami pergi ke ladang warga yang tak jauh dari pos untuk
mengambil singkong. Umbinya yang segar lalu kami olah dengan susu kental manis,
jadilah kolak Teluk kaba.
Yang paling
berkesan, jika fajar sudah kembali ke peraduan. Burung-burung yang berjumlah
ratusan hinggap di dahan-dahan ranting. Sehingga pemandangan ini wajib
disaksikan ketika sore. Menurut ceritanya dahulu juga di Teluk Kaba ada Orangutan dan Payau/Rusa
yang jinak, sehingga dapat diberi makan. Sayangnya kami sudah tak bisa melihatnya,
karena sudah mati atau diburu orang.
Itulah sedikit cerita
yang tertinggal di Teluk Kaba. Kisah yang nantinya hanya bisa diingat disetiap
insan yang pernah menginjakkan kaki dan tidur disana. Sudah 11 tahun berlalu,
entah dimana mereka berada. Hanya cerita ini yang menyatukan kami. Bertemu,
berjalan, bercengkrama dan bersaudara di Taman Nasional Kutai.
Semoga TN. Kutai
akan tetap lestari hingga 1000 tahun kemudian. Ayoo.... Selamatkan Taman
Nasional Kutai.
No comments:
Post a Comment