Monday 19 August 2013

Teluk Kaba, Kepiting dan Singkong

#Kisah di Teluk Kaba, Taman Nasional Kutai

“Ayo jalan lagi den” ajakanku kala itu. Dia sudah terlihat lemah dan pucat. Tubuhnya berpeluh keringat, yang membahasahi kepala. Tatapannya nanar sudah tak kuat lagi.  Kami harus beristirahat setiap 150 meter berjalan. Jika dilihat secara kasat mata, tubuhnya tinggi dan atletis. Tetapi kini ia lelah dititik nadir.

Kami berempat kala itu Saya, Parti, Deni dan Albar. perjalanan 6 km menuju Pos Teluk Kaba. Biasanya, setiap selesai ujian semester, saya dan teman-teman Saka Wanabakti selalu saja menghabiskan waktu liburan di Taman Nasional Kutai. Tidak tanggung-tanggung, pernah satu minggu kami menginap di Pos Teluk Kaba.

Perjalanan mulai kami lakukan pukul 2 siang. Kami berempat menunggu mobil yang menuju ke Sangata. Modal hanya butuh jempol. Ibu jari diacung ketika ada mobil pick-up ataupun truck yang melintas. Biasanya Parti si Tomboy yang berjilbab, kami serahi tugas itu. biasalah jika supir truk pasti akan iba jika melihat ada gadis manis yang butuh tumpangan. Tak butuh waktu lama, paling 15 menit mobil tumpangan sudah kami dapatkan. Pilihannya harus bak terbuka agar bisa menikmati angin dibelakang mobil, serta bernyanyi dan bercanda sepanjang perjalanan.

Sebelum berangkat, tugas sudah dibagi. Siapa yang membawa beras, mie instan dan minyak tanah. Tak lupa membawa air minum untuk berjalan kaki sejauh 6 Km menuju Pos Teluk Kaba dibibir pantai.

“Gimana den, masih sanggup.” Tanyaku. “Masih” katanya, “ Ayo sudah dekat lagi.” Aku menyemangatinya. Sepanjang perjalanan kami, hutan begitu rimbun. Pohon-pohon besar berdiri tegak. Suara burung menemani perjalanan kami. Beberapa titik memang ada yang terbuka dan terbakar. Menurut kisahnya pada tahun 1998 di Teluk Kaba pernah terjadi kebakaran hebat. Yang menghanguskan sebagian besar hutan di Taman Nasional Kutai.

Sudah 4 tahun berlalu, sekarang sudah tahun 2002. Hutan mulai rimbun lagi, beberapa pohon yang selamat dari kebakaran hutan masih tersisa. Ada yang sudah tinggal arang yang menjulang tinggi. Ada yang terbakar dan masih tumbuh. Suksesi hutan sedang berlangsung. Ditumbuhi tanaman yang tumbuh ketika hutan akan kembali hijau.

Jarak 6 Km kami tempuh dalam waktu 1,5 jam berjalan kaki. Medan yang berat jika dilalui kendaraan biasa. Mobil 4 WD atau motor traillah yang pantas melewati jalur ini. Tak ada pilihan lain selain berjalan kaki.  Dengan memanggul ransel yang berisi natura dan pakaian. Tidak ada keluh kala itu, yang ada hanya senyuman akan berlibur dialam yang hening tanpa suara kendaraan serta polusi. Dan malam harinya tenang dengan jutaan sinar bintang berkelipan diangkasa raya. Deni yang sudah kelelahan ketika sudah melihat atap pos jaga, sudah kembali bersemangat menganyun langkah.

Sesampainya kami di Pos Teluk Kaba. Petugas Balai TN. Kutai menyambut kami dengan senyum. Mereka senang ketika ada kami, karena mereka tak kesepian ditengah hutan belantara.

Tas langsung kami letakkan dikamar. karena sudah sore hari, kami harus mandi. “Ayo kita mandi-mandian” aja Deni. Segera saja saya dan kawan-kawan berlari keujung dermaga untuk berenang di laut. Begitu badan menyentuh air, rasa peluh dan lelah hilang seketika. Hanya suara tawa seperti anak kecil yang terdengar. Saling ejek mengejek tentu menjadi hiburan di hutan sepi ini.

Sebelum beranjak dari laut. Si Albar menyempatkan menangkap kepiting dulu untuk lauk makan. Saya gelari dia “expert” penangkap kepiting. Tidak butuh alat apapun, hanya tangan kosong. Caranyapun unik, hanya meraba dilumpur. Ketika ketemu kepiting, tangganya seolah sudah tak takut dengan capit. Tinggal ditangkap, angkat dan masukkan kedalam ember.

“Hebat bar, kita ada makanan nanti malam nih.” Ucapku. Setibanya dipos. Seolah tanpa komando, masing-masing mengambil peran didapur. Ada yang membersihkan lalu merebus kepiting, memasak nasi dan membuat kopi. Makanan sederhana, hanya nasi dan kepiting rebus ditemani kopi terasa nikmat disantap. Tenang, hijau dan asri membuat kami selalu betah di Teluk Kaba.

Teluk Kaba berada di Taman Nasional Kutai. Jaraknya kurang lebih 30 menit jika menggunakan kendaraan bermotor, setelah melewati Teluk Pandan dan Kandolo. Disini kita dapat menikmati gugusan Hutan Mangrove yang beraneka ragam jeni. Usianya puluhan tahun, hingga jika berada didalam Hutan Mangrove, kita seperti berada didunia lain. Yang menarik juga, kita dapat menemui kantong semar didekat Pos Jaga.

Selain menangkap kepiting, cara yang asyik untuk mencari teman nasi dipiring dengan memancing.  Ikannya sangat lahap jika dipancing. Pokoknya kita tidak akan kelaparan selama di Teluk Kaba. Pernah satu waktu, kami ingin sekali memakan kolak. Jadilah kami pergi ke ladang warga yang tak jauh dari pos untuk mengambil singkong. Umbinya yang segar lalu kami olah dengan susu kental manis, jadilah kolak Teluk kaba.

Yang paling berkesan, jika fajar sudah kembali ke peraduan. Burung-burung yang berjumlah ratusan hinggap di dahan-dahan ranting. Sehingga pemandangan ini wajib disaksikan ketika sore. Menurut ceritanya dahulu juga di Teluk Kaba ada Orangutan dan Payau/Rusa yang jinak, sehingga dapat diberi makan. Sayangnya kami sudah tak bisa melihatnya, karena sudah mati atau diburu orang.

Itulah sedikit cerita yang tertinggal di Teluk Kaba. Kisah yang nantinya hanya bisa diingat disetiap insan yang pernah menginjakkan kaki dan tidur disana. Sudah 11 tahun berlalu, entah dimana mereka berada. Hanya cerita ini yang menyatukan kami. Bertemu, berjalan, bercengkrama dan bersaudara di Taman Nasional Kutai.


Semoga TN. Kutai akan tetap lestari hingga 1000 tahun kemudian. Ayoo.... Selamatkan Taman Nasional Kutai.

No comments: