Wednesday, 21 November 2012

Perjalanan ke “Negeri Ungu”


Sudah lama saya, ingin sekali pergi ke Tanah Grogot. Kabupaten yang juga berada di Kalimantan timur. Kalimantan jarak antar kota, tidak seperti di pulau jawa. Jarak yang cukup jauh, kadang kelelahan selama perjalanan. Walaupun sudah 28 tahun tinggal di Kaltim, rasanya mengunjungi kabupaten dan kota baru hitungan jari.

Teman saya berkelakar “lebih baik ke jepang, dari pada ke Tanah Grogot. Nyampe di jepang lebih duluan”. Hahahahaha.. saya pikir bener juga, kami mulai perjalanan dari Bontang ke Samarinda dengan menggunakan Kijang innova. Dilanjutkan ke Balikpapan dan dilanjutkan menggunakan kapal penyeberangan fery ke Penajam. Tiba di Penajam harus menempuh perjalanan selama 3 jam lagi ke Tanah Grogot.

Pengalaman kemaren ke Tanah Grogot, yang sedikit membuat “emosi” ketika berada di Penyeberangan Kapal Fery. Kami tiba di Balikpapan sekitar pukul 09.30 pagi. Melihat antrian mobil dan truk mengular panjang. Terpaksa kami harus “nongkrong” dulu di bawah pohon atau di warung dari pada didalam mobil. Suhu kalimantan yang rata-rata 38-40 derajat celcius, bisa buat kepala mendidih ketika berhadapan kondisi ini.

Hampir 5 jam, baru akhirnya kami bisa sampai di atas fery. Sudah mati gaya menunggul. Truk besar mendominasi di pelabuhan, karena jalur yang kami lalui adalah jalur menuju Banjarmasih. Sementara jalan satu-satunya melalui jalur ini, jika memutar sangat jauh dan jalan rusak sehingga lebih baik mengantri.
  
Kapal fery membutuhkan waktu 2 jam untuk menyebrangkan kami ke Kabupaten Penajam. Pelabuhan berada didalam teluk balikpapan, sementara  penajam berada di muara sehingga membutuh waktu yang cukup lama. Jika menggunakan speed boat dari Balikpapan kota, hanya butuh waktu 25 menit saja.
 Setelah sampai di Pelabuhan penajam dilanjutkan langsung menuju Tanah Grogot. Dikanan dan kiri jalan yang dilalui hanya perkebunan kelapa sawit dan akar belukar. Kegagahan hutan borneo yang dahulu dibanggakan sudah hampir tak ada. Ketika hutan sudah abis, tambang dalam tanah lagi yang dikeruk. 


 Tiba di Tanah Grogot, malam hari. Lampu jalan yang menyala dan menjulang tinggi terkesan Kabupaten ini sangat indah. Taman yang dihiasi dengan lampu warna warni dan juga jembatan lengkung yang menunjukkan keanggunannya. Kelelahan yang kami alami selama perjalanan, mungkin karena dehidrasi akibat panasnya menunggu di pelabuhan. Saya langsung tidur malam itu dan terkapar diranjang, sementara si El juga langsung bobo dengan nyenyaknya.

Keesokan harinya, pagi saya dan teman-teman ada pekerjaan sedikit. Kami mengunjungi calon-calon RT yang akan menjadi bank sampah di Kabupaten Paser. Yang menbuat aneh, hampir semua kantor pemerintahan berwarna ungu, bahkan lapangan upacara di Kantor Kabupaten di cat berwarna ungu. Sayapun bertanya kepada salah satu warga “Kenapa warnanya ungu semua” kata salah satu warga “ungu itu warna gabungan 2 partai koalisi pendukung Bupati sekarang.” Saya hanya melongo keheranan. Dahulu menurut penuturan masyarakat setempat semua berwarna hijau. Saat ganti penguasa warna hijaupun berganti menjadi ungu.


Agak heran memang kenapa harus warna ungu. Bukanlah warna ungu terkesan girli banget. Hehehehe.. Apakah bupatinya punya sisi kewanitaan yang dalem. Hehe.. Bahkan pembatas jalanpun yang biasa berwarna hitam putih diubah menjadi putih ungu. 

Otonomi daerah memang membawa perubahan yang sangat” aneh.” Para “raja-raja kecil” daerah seolah “kreatif” dalam memimpin atau memang mereka menunjukkan bahwa mereka adalah raja yang patut untuk dituruti.

Kalau saya boleh meminjam kata-kata Alay, "Jadi, gw harus ngomong Wow gitu"... hehehehehe...


2 comments:

Sayi said...

ngomong wownya sambil koprol ga?..:D

lucu banget ya kotanya ungu semua, apa bupatinya cewe kali?
jangan-jangan tiap hari jumat seragamnya ungu, bukan batik..:D

kurniawan said...

hahahaha.... bupatinya laki2... emang pada lucu nih bupati-bupati didaerah... aya aya wae....